Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelak Tawa Pengungsi Korban Gempa dan Harapan untuk Bangkit

Kompas.com - 06/10/2018, 12:57 WIB
Rosyid A Azhar ,
Farid Assifa

Tim Redaksi

PALU, KOMPAS.com - "Kamu ini cepat tua karena banyak melirik cewek," kata kakek Aco (70) kepada kakek Hadi Pawiro (68), mereka berdua pun terkekeh di pengungsian, Sabtu (6/10/2018).

Senda gurau dua kakek gaek ini disambut gelak tawa yang lain, para pengungsi di halaman Masjid Raya Baiturrahim, Lolu Palu.

Hadi Pawiro adalah warga Palu asal Jawa Timur dan Aco asal Sulawesi Selatan. Keduanya datang ke Sulawesi Tengah pada era tahun 1970-an untuk merantau mencari nafkah.
Tangan kakek Aco tak lepas dari tubuh lawan bicaranya, ia memijat kakek Hadi.

"Saya terjatuh akibat kaget terjadi gempa. Kaki saya sakit kalau digerakkan," tutur kakek Hadi Pawiro.

Pijatan tangan kakek Aco membuatnya nyaman. Kedua kakek ini terlihat akrab di posko pengungsian, padahal rumah mereka tidak berdekatan.

Baca juga: 2.500 Pengungsi Ditampung di Masjid Ilaikal Masyir Majene

Bencana gempa ini menyatukan banyak orang dalam tenda pengungsian, saling mengenal lebih dekat. Seperti yang dilakukan oleh kakek Hadi Pawiro dan kakek Aco. Senda gurau mereka menjadi hiburan yang menyegarkan bagi siapa saja yang ikut nimbrung di pelataran masjid.

Segala bentuk omongan apapun diperbolehkan kedua kakek ini. Mereka orang yang terbuka. Kalau dicermati bahasa dan logat mereka sangat berbeda. Kakek Aco berlogat Makassar, sementara Hadi Pawiro masih kental logat Maduranya.

"Yang penting saya bisa ngerti apa yang diomongkan, biarpun saya tidak tahu ngomongnya," kata kakek Aco tertawa lepas.

Di pengungsian ini tidak hanya mereka berdua, ada ratusan orang yang menempati tenda-tenda darurat di halaman masjid. Mereka beragam suku dan asal daerahnya. Mereka merasakan nasib yang sama, susah senang bersama-sama.

Dua kakek ini seperti tak merasakan duka, padahal rumah mereka hancur. Rumah kakek Aco telah ambruk, rumah anak kakek Hadi Pawiro lenyap ditelan bumi di Petobo.

"Ini sudah ketentuan Tuhan, harus bisa diterima dengan ikhlas. Sekarang harus bangkit, memikirkan apa yang menjadi kebutuhan hidup ke depan," kata kakek Hadi Pawiro.

Ia menjelaskan, orang-orang yang tidak punya rumah lagi harus dibuatkan tempat tinggal, anak-anak harus sekolah, pegawai harus ke kantor, pedagang harus berjualan.

Kakek Aco yakin bantuan pangan yang datang sudah membantu warga bertahan di posko pengungsian. Masa-masa sulit sudah dilalui. Saatnya warga bangkit untuk bekerja seperti hari biasa.

Kakek Aco berharap ada sebagian orang di posko yang mulai bekerja.

"Kalau terus bersedih kapan kita bisa memulai hidup baik," ujar kakek Hadi Pawiro.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com