Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bocah 12 Tahun Selamatkan Dua Adiknya saat Gempa di Sulteng

Kompas.com - 03/10/2018, 21:39 WIB
Hendra Cipto,
Reni Susanti

Tim Redaksi

MAKASSAR, KOMPAS.com – Seorang bocah 12 tahun, Abu Syatif Ayusman menyelamatkan dua adiknya saat gempa dan tsunami mengguncang Palu, Jumat (28/9/2018).

Kedua adiknya tersebut yakni Nadia Farah Rabbani (11) dan adik bungsu lelakinya, Asep Mustakim (5).

Yusman dan kedua adiknya bersama 86 anak korban bencana Sulteng ini telah berada di tempat pengungsiannya di kompleks SD dan TK Panrita milik yayasan Akar Panrita Makassar.

Mereka berada di Kota Makassar, setelah menumpangi pesawat Hercules milik TNI AU yang digunakan mengangkut pengungsi dari Kota Palu ke Kota Makassar sejak Senin (1/10/2018).

Baca juga: Anak Korban Bencana Palu Bertanya ke Presiden, Boleh Ikut?

Di tempat penampungan, bocah yang kini duduk di kelas 6 SD ini menceritakan kisahnya, Rabu (3/10/2018).

Kesedihan terlihat di wajahnya. Ia tampak menahan air mata saat menceritakan tentang apa yang dialaminya saat gempa magnitudo 7,4 mengguncang daerahnya. 

Saat itu, ia dan kedua adiknya tengah bermain di luar rumah. Sedangkan ibunya tengah berada di dalam rumahnya di Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng).

Sementara sang ayah, masih berada di luar rumah bekerja sebagai pengusaha. 

Saat gempa bumi mengguncang, Yusman dan dua adiknya tersebut hendak pulang ke rumah. Namun orang-orang yang berpapasan di jalan, memintanya ikut menyelamatkan diri ke tempat tinggi.

Dia dan kedua adiknya kemudian sempat ikut menumpangi mobil bak terbuka ke perbukitan yang dikenal dengan nama Vatutela. 

Baca juga: Ratusan Anak Korban Bencana Sulteng Ditampung di Sekolah

“Saya rasa goyang keras sekali, rumah-rumah retak dan ada yang hancur. Orang-orang lari semua, mereka bilang air naik. Jadi saya ikut numpang di mobil bak terbuka ke bukit," ujarnya dengan nada suara yang kecil.

"Kami di sana sama banyak orang. Satu hari tidak makan, cuma dapat minum dikasi orang,” kata Yusman yang berbaur dengan anak-anak lain yang senasib dengannya. 

Sehari setelah gempa, Yusman sempat kembali ke rumahnya yang rusak. Tapi di sana, dia tidak menemukan orangtuanya.

Yusman juga tidak mengetahui siapa nama mereka karena sejak kecil terbiasa memanggil dengan sebutan Ayah dan Ibu Bat.

Tidak berhasil menemukan orangtuanya, Yusman kembali ke tempat pengungsian sementara di perbukitan Vatutela.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com