Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Minim Dokter Spesialis, 4 Puskesmas di Gunungkidul Pakai "Telemedicine"

Kompas.com - 26/09/2018, 19:13 WIB
Markus Yuwono,
Farid Assifa

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Belum meratanya dokter spesialis membuat Pemerintah Kabupaten Gunungkidul mengembangkan teknologi telemedicine. Dengan layanan ini, pasien yang ditangani puskesmas tidak perlu datang langsung ke dokter spesialis, melainkan bisa melalui perangkat

Kabid Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan Gunungkidul, Sumitro menjelaskan, pengembangan telemedicine sudah dilakukan sejak 2016 lalu.

Hal ini merupakan bantuan dari Tim Faster Botten, Swedia yang merupakan program kerja sama Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan Universitas Umeo, Swedia.

Sumitro mengatakan, pihaknya sudah menguji coba program telemedicine ini di lima puskesmas, meliputi Puskesmas Playen 1, Ngawen 1, Semanu 1, Nglipar 1 dan Rongkop.

Untuk puskesmas Rongkop, belum memiliki alat penunjang telemedicine, di antaranya timbangan berbasis bluetooth, stetoskop bluetooth, tablet dan tensimeter digital.

"Rongkop baru sebatas jaringan yang bisa digunakan untuk konsultasi tatap muka, belum peralatan," katanya kepada wartawan di Puskesmas 1 Playen, Rabu (26/9/2018).

Baca juga: Kurang dari 12 jam, Dua Warga Gunungkidul Gantung Diri

Diakuinya, untuk telemedicine yang dikembangkan di Gunungkidul berbeda dengan metode di Swedia. Di negara Swedia, pasien bisa langsung bertemu dokter melalui internet setiap saat dan di mana saja. Namun di sini, ada penjadwalan dan dilakukan pemeriksaan dulu di puskesmas.

"Prinsipnya seperti telekonferensi tapi ini khusus untuk konsultasi medis, dan yang membuat beda. Ada alat penunjang medis berteknologi bluetooth. Jadi dokter yang terhubung bisa mendiagnosis apa sebenarnya sakit yang diderita pasien tanpa bertemu langsung," ucapnya.

Sumitor mengatakan, ada kendala lain yakni masih minimnya sumber daya manusia baik dokter spesialis di RSUD maupun di puskesmas. Ada juga kendala pada belum meratanya jaringan telekomunikasi di pelosok Gunungkidul. Telemedicine membutuhkan jaringan telekomunikasi yang kuat.

"Ke depan diharapkan bisa semua puskesmas," ujarnya.

Baca juga: Pindah ke Parpol Lain, 2 Anggota DPRD Gunungkidul PAW

Kepala UPT Puskesmas Playen 1, dr Yolanda Barahama menerangkan, alur penggunaan telemedicine ini dimulai dari adanya kasus penyakit yang dilaporkan baik oleh posyandu, posbindu maupun masyarakat langsung ke puskesmas. Jika puskesmas bisa menanganinya, maka telemedicine tidak perlu dilakukan.

"Contohnya ada kasus penyakit yang perlu konsultasi langsung ke dokter spesialis, ya kami langsung pake telemedicine ke dokter yang bersangkutan di RSUD," ucapnya.

Telemedicine ini diharapkan mampu membantu pasien yang notabene jauh dari rumah sakit sehingga bisa segera ditolong dan didagnosis penyakitnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com