Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Slaman, "Monster Laut" Penjaga Mangrove...

Kompas.com - 24/09/2018, 10:36 WIB
Taufiqurrahman,
Khairina

Tim Redaksi

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Masyarakat Desa Lembung, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan, kini sudah tidak lagi mengeluarkan uang setiap tahun untuk memperbaiki penahan tambak garam dan udangnya karena rusak diterjang ombak.

Sebab, tambak mereka sudah dilindungi oleh ribuan pohon mangrove. Mangrove yang melindungi tambak mereka, kini luasnya mencapai 44 hektar.

Untuk menghasilkan hutan mangrove seluas 44 hektar itu bukan pekerjaan singkat. Di tangan Slaman (48), warga Dusun Bungkaleng, Desa Lembung, mangrove menjadi mata pencaharian, sekaligus pelindung bagi warga.

Slaman, aktivis lingkungan sudah bekerja keras agar laut di Kecamatan Galis tidak dirusak oleh tangan-tangan jahat.

Slaman mulai tertarik untuk memperbaiki pantai yang rusak parah, sejak ia duduk di bangku SMP. Setiap pulang sekolah, ia bersama almarhum bapaknya, rutin ke pantai memperbaiki hutan mangrove yang terus-terusan ditebang oleh warga.

Ia diajari membibit mangrove, menanam dan menjaganya agar bisa tumbuh sehat.

"Almarhum bapak saya dulu kalau ada buah mangrove jatuh kemudian ditanam. Orang lain tahunya hanya menebang, tidak pernah menanam," kenang Slaman saat ditemui Kompas.com, Minggu (23/9/2018).

Baca juga: Begini Modus Pelaku Pembuangan Limbah Medis di Hutan Mangrove

Lulus SMP, ayah kandung Slaman meninggal. Slaman sendirian menjaga laut.

Ia diberi wasiat agar istikamah menjaga pantai, rajin menanam, dan menjaga mangrove. Slaman mendapat cibiran warga karena masih "bau kencur" sudah berani menasehati orang agar jangan merusak hutan mangrove.

"Saya sabar menjalankan wasiat almarhum bapak. Hutan mangrove menjadi tempat tinggal saya, karena di sana saya buat pos pantau," ujar Slaman.

Siang malam Slaman tinggal di pos pantau hutan mangrove. Dengan adanya pos pantau, warga yang terang-terangan sering menebang mangrove menjadi risih.

Ketika ada warga membawa parang atau gergaji, selalu didatangi oleh Slaman dan diminta agar tidak menebang.

"Kalau masih ada saya, mereka malu. Tapi mereka menyelinap lewat jalan lain. Mereka berubah tidak langsung menebang dan dibawa pulang, tetapi digergaji dulu kemudian dibiarkan pohonnya kering, baru dibawa pulang untuk dibuat kayu bakar," imbuh suami dari Nurul Imana ini.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com