Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendesak, Moratorium Pengiriman TKI Asal NTT

Kompas.com - 17/09/2018, 23:22 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Khairina

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com - Wakil Gubernur NTT DJosef A. Nae Soi menegaskan, moratorium pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal NTT sudah sangat mendesak untuk dilaksanakan.

Paling lambat akhir Oktober, tim akan berangkat ke Malaysia untuk melakukan sensus TKI asal NTT.

"Tidak boleh main-main lagi. Siapa pun yang menyelundupkan manusia NTT akan berhadapan dengan Viktor Bungtilu Laiskodat dan Josef A Nae Soi," tegas Josef Nae Soi saat menerima Rombongan Komite III DPD RI di Ruang Rapat Gubernur Sasando, Senin (17/7/2018).

Kunjungan Komite III yang terdiri dari tujuh anggota DPD itu bertujuan untuk menginventarisasi Materi Penyusunan Pengawasan Atas Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran di Indonesia.

Menurut Josef Nae Soi, dirinya bersama Gubernur Viktor telah membicarakan hal tersebut secara serius dengan unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda). Sebab, masalah tenaga kerja migran di NTT sudah sangat kritis.

Sampai dengan bulan Agustus, tercatat sudah ada 73 jenazah TKI asal NTT yang dikirim pulang.

Baca juga: Pasar Rintisan Mantan TKI Lampung Timur yang Pernah Berjaya...

"Kami sudah meminta Forkopimda untuk menindak tegas siapa pun, sekali lagi siapa pun yang terlibat dalam masalah ini. Kami akan tegas karena ini menyangkut nyawa manusia. Satu nyawa saja, tidak boleh lagi,"tegasnya.

Lanjut Josef, langkah moratorium tenaga kerja akan diikuti dengan langkah-langkah teknis.

Pihaknya akan segera ke Malaysia untuk melakukan sensus TKI asal NTT baik legal maupun ilegal.

Dubes RI untuk Malaysia serta Wakil Menteri dan Menteri Dalam Negeri Malaysia sudah dihubungi terkait hal tersebut.

Selama ini kata dia, data yang ada itu berbeda-beda dari setiap instansi. Paling lambat akhir Oktober ini, dia bersama rombongan akan berangkat ke Malaysia.

"Kami sudah telepon Menteri Dalam Negeri Malaysia agar dapat membantu dan memfasilitasi kami untuk mengunjungi rumah-rumah TKI asal NTT. Supaya kami punya data pasti,"ungkapnya.

Menurut Josef, tenaga kerja asal NTT yang ilegal akan diajak untuk kembali ke NTT.

Langkah ini akan diikuti dengan pembukaan lapangan kerja dan peningkatan sumberdaya manusia lewat pelatihan dan pendidikan.

Baca juga: TKI Ikut Diuntungkan dengan Kesepakatan CEPA Indonesia-Australia

"Untuk yang legal dan masih mau bekerja di sana, kami akan melakukan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Malaysia. Prinsipnya,semua Perjanjian Kerja (PK) mereka bersama perusahaan pengirim harus sepengetahuan kami agar mudah dipantau," imbuhnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Komite III DPD RI sekaligus Ketua Rombongan, Delis Julkarson Hehi, menyatakan, Komite III selama beberapa tahun terakhir melakukan pengawasan pelaksanaan pekerja migran dari hulu ke hilir.

"Hasilnya, 80 persen persoalan pekerja migran bersumber pada tata kelola di hulu. Karenanya, kami apresiasi dan mendukung komitmen pemerintah provinsi NTT untuk moratorium sambil membenah pengelolaan pengiriman TKI asal NTT. Kita juga perlu fokuskan diri pada kondisi pekerja migran yang rentan, " jelas senator asal Sulawesi Tenggara tersebut.

Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi NTT, Bruno Kupok dalam laporannya mengungkapkan, TKI asal NTT banyak memilih Malaysia sebagai daerah tujuan kerja.

"Dari tahun 2016 sampai dengan September 2018 ada sekitar 5.007 orang. Jumlah ini belum termasuk yang berangkat secara non prosedural, " jelas Bruno. 

Kompas TV Sebanyak 40 Tenaga Kerja Indonesia yang diselundupkan dari Malaysia ke Kota Batam digagalkan petugas Patroli Lanal Batam.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com