Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nikmatnya "Gongseng" Bubuk Kopi Robusta Tradisional Ala Aceh

Kompas.com - 07/09/2018, 06:26 WIB
Raja Umar,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

ACEH BESAR, KOMPAS.com - Kenikmatan cita rasa kopi tentu tak terlepas dari bagaimana cara awal proses menggongseng biji kopi jenis robusta.

Di Aceh Besar, masih ada produsen bubuk kopi yang menggongseng atau memproduksi bubuk kopi masih dengan cara tradisional dan manual. Tapi justru citarasanya dan aromanya menjadi luar biasa saat dinikmati.

Produksi bubuk kopi tradisional ini masih ada di Aceh, salah satunya yakni usaha produksi pengolahan bubuk kopi rumahan yang dirintis almarhum Abdurrani sejak 1980 di Desa Meunasah Papeun, Lamreung, Kabupaten Aceh Besar. Usaha ini kini diteruskan keturunannya. 

Baca juga: Pemkab Bireuen Edarkan Larangan Minum Kopi tanpa Muhrim

“Sebelum membuat usaha produksi bubuk kopi sendiri dulu kakek lama bekerja di tempat pengolahan bubuk kopi Ulekareng milik Abu Solong,” kata Irwansyah (35) penerus usaha "gongseng" bubuk kopi tradisional kepada Kompas,com, Kamis (06/09/18).

Irwansyah dan keluarganya hingga kini masih mempertahankan usaha produksi bubuk kopi yang diwariskan kakeknya secara tradisional dan serba manual tersebut.

Irwansyah sedang menggonseng biji kopi jenis robusta secara tradisional di tempat usaha yang dirintis oleh kakeknya sejak tahun 1980 di Desa Meunasah Papeun, Lamreung, Aceh Besar.  KOMPAS.com/RAJA UMAR Irwansyah sedang menggonseng biji kopi jenis robusta secara tradisional di tempat usaha yang dirintis oleh kakeknya sejak tahun 1980 di Desa Meunasah Papeun, Lamreung, Aceh Besar.
Dia menceritakan urutan produksinya mulai dari cara menggongseng biji kopi yang dimasukkan ke dalam wadah kaleng terbuat dari besi. 

Biji kopi dalam wadah kaleng tersebut kemudian dibakar dengan menggunakan bara api sambil diputar-putar wadahnya selama satu jam hingga biji kopi berubah warna jadi hitam kecoklatan.

Satu kali proses produksi dengan cara menggongseng tersebut bisa mencapai 20 kilogram biji kopi. Setelah diputar di atas bara api selama satu jam, kopi hasil gongsengan ditaruh di sebuah wadah dan ditambah sedikit adonan penambah citarasa kopi. 

Baru kemudian biji kopi ditumbuk dengan menggunakan lesung secara manual hingga halus dan siap untuk disajikan.

Baca juga: Pengusaha Kopi Lombok Tetap Berproduksi di Rumahnya yang Rusak Diguncang Gempa

“Untuk satu kaleng, proses tumbuk paling setengah jam selesai, setiap hari kami kerja empat orang, untuk gongseng dua orang dan tumbuk dengan lesung dua orang,” jelas Irwansyah.  

Empat orang tersebut yakni Irwansyah, adik, isteri dan anaknya. Dengan kekuatan empat orang tersebut saban hari mereka bisa memproduksi 150 kilogram kopi bubuk gongsengan. 

Kopi gongseng ala Irwansyah dan keluarga dipasarkan sendiri kepada langganannya, yakni sejumlah warung kopi di Aceh Besar dan Banda Aceh. Harga kopi bubuk yang mereka pasarkan Rp 60.000-Rp 80.000 per kilogram tergantung kualitasnya. 

Selain itu,  Irwansyah juga menerima jasa gongseng kopi milik orang lain dengan upah Rp 5.000 per kilogram. Dalam satu hari, Irwansyah bisa mengolah sekitar 10 kilogram biji kopi titipan orang lain tersebut. 


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com