Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

41 dari 45 Anggota DPRD Kota Malang Terjerat Suap, Partai Percepat Proses PAW

Kompas.com - 04/09/2018, 13:05 WIB
Andi Hartik,
Reni Susanti

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Sejumlah partai politik di Kota Malang mempercepat proses pergantian antar waktu (PAW) terhadap anggota DPRD Kota Malang yang ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akibat kasus suap pembahasan P-APBD Kota Malang 2015.

Dalam kasus itu, sebanyak 41 dari 45 anggota DPRD Kota Malang terlibat menerima suap. Mereka ditetapkan tersangka dalam tiga gelombang.

Gelombang pertama melibatkan Moch Arief Wicaksono, Ketua DPRD Kota Malang dan mantan Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Pengawasan Bangunan (PU-PPB) Kota Malang Jarot Edy Sulistyono. Keduanya kini sudah menjadi terpidana.

Gelombang kedua melibatkan mantan Wali Kota Malang, M Anton serta 18 anggota dewan yang saat ini masih menjadi terdakwa dalam persidangan di Pengadilan Tipikor Surabaya.

Baca juga: Kasus DPRD Kota Malang, Korupsi Massal yang Mengkhawatirkan...

Terbaru, dalam gelombang ketiga, KPK menetapkan tersangka dan melakukan penahanan terhadap 22 anggota dewan pada Senin (3/9/2018).

Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Malang, I Made Rian Diana Kartika mengaku sudah menyelesaikan proses PAW untuk empat anggota dewan. Yakni, Moch Arief Wicaksono, Abdul Hakim, Suprapto, serta Tri Yuliani.

"Empat orang pertama sudah turun rekomendasi dari DPP. Sekarang berkas sudah di Sekretariat Dewan. Nanti tergantung secepat apa Sekwan memprosesnya," katanya di gedung DPRD Kota Malang, Selasa (4/9/2018).

Untuk anggota dewan yang baru ditahan, proses PAW masih dalam pembahasan di internal DPC.

Mereka adalah Erni Farida, Teguh Mulyono, Hadi Susanto, Diana Yanti, dan Arief Hermanto.

"Untuk yang baru saja ditetapkan tersangka, masih proses internal. Kita akan rapat internal dulu," bebernya.

Sebagai partai pemenang, PDI Perjuangan juga berkewajiban untuk menunjuk seorang ketua DPRD.

Baca juga: DPRD Kota Malang Terancam Lumpuh Akibat Kasus Korupsi

Sekretaris DPC Partai Demokrat Kota Malang, Adi Sancoko mengaku sudah memproses PAW untuk anggota dewan yang ditahan pada gelombang kedua. Yakni Sulik Lestyowati, Hery Subiantono, dan Wiwik Heri Astuti.

Sementara untuk anggota dewan yang ditahan pada gelombang ketiga, proses PAW-nya masih dalam pembahasan di internal partai.

"Insya Allah untuk PAW Bu Sulik, Pak Hery dan Bu Wiwik sudah kami proses tinggal menunggu rekom dari DPP. Untuk Pak Indra dan Pak Sony akan dirapatkan dulu di DPC," ungkapnya.

Abdurrochman, pimpinan DPRD Kota Malang dari fraksi PKB mengaku partainya sudah melakukan proses PAW untuk anggota dewan yang terlibat suap.

"Pemberkasannya sudah selesai yang empat orang. Tinggal menunggu surat pengantar gubernur. Kalau untuk Pak Mulyanto yang baru saja ditahan, masih belum," bebernya.

Akibat gelombang kasus suap tersebut, anggota DPRD Kota Malang hanya tersisa lima orang, yakni Abdurrochman (PKB), Subur Triono (PAN), Priyatmoko Oetomo (PDI-P), dan Tutuk Haryani (PDI-P).

Ditambah satu anggota dewan hasil PAW dari Yaqud Ananda Gudban yang sudah menjadi terdakwa, yaitu Nirma Cris Desinidya (Hanura).

Kompas TV Sekda kota Malang diminta melaporkan kondisi terkini pemerintahan kota Malang, terutama yang memerlukan fungsi anggota dewan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com