Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masuk Timses Jokowi, Ali Mochtar Ngabalin Diminta Perbaiki Gaya Komunikasi

Kompas.com - 03/09/2018, 22:38 WIB
Farid Assifa

Editor

KOMPAS.com - Ketua DPD Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi meminta Tenaga Ahli Utama Deputi IV Komunikasi Politik KSP, Ali Mochtar Ngabalin untuk memperbaiki gaya komunikasi.

Dedi menilai, seharusnya pola komunikasi yang dilakukan Dewan Komisaris Angkasa Pura I ini melahirkan ketenangan semua pihak. Hal ini terkait dengan figur Joko Widodo sendiri yang dikenal tenang dan santun.

Ketegasan calon presiden itu, menurut Dedi, tercermin dari sikap dan kebijakan, bukan dari kata-kata.

“Mungkin saja dalam kultur Pak Ngabalin pola itu terbilang biasa. Tetapi ini pilpres, kultur masyarakatnya bukan hanya kultur masyarakat tempat Pak Ngabalin terlahir. Kita bicara seluruh kultur di Indonesia,” kata Dedi kepada Kompas.com melalui pesan tertulis, Senin (3/9/2018).

Dedi mengaku permintaan agar Ngabalin memperbaiki gaya komunikasi itu berdasarkan masukan dari masyarakat yang diterimanya.

Sebagai budayawan, Dedi memiliki pengetahuan tentang kultur-kultur masyarakat di Indonesia. Dia mencontohkan kultur masyarakat di Pulau Jawa. Publik di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur menyukai komunikasi yang tidak frontal.

“Publik tidak menyukai karakter frontal. Mereka lebih menyukai karakter penuh ketenangan tetapi dengan argumentasi yang kuat dan tidak terkalahkan,” ujarnya.

Baca juga: Ngabalin: Kalau PAN Malu-malu, Mendingan Enggak Usah Deh, Tutup Pintu Saja...

Pengaruhi elektabilitas Jokowi

Pria yang memiliki jam terbang di dunia politik selama 20 tahun tersebut mengingatkan pemosisian juru bicara berpengaruh pada kandidat. Karena itu, citra juru bicara di mata publik harus menjadi salah satu pertimbangan mendasar bagi tim sukses.

“Kalau gaya komunikasi Pak Ngabalin tetap seperti itu, saya khawatir berdampak terhadap Pak Jokowi. Orang yang tidak suka terhadap gaya Pak Ngabalin, bisa menjadi tidak suka kepada Pak Jokowi. Ini nanti arahnya ke depannya soal elektabilitas beliau,” ucapnya.

Dedi Mulyadi juga memiliki kriteria sederhana tentang sosok yang pantas dijadikan juru bicara. Sosok tersebut, kata dia, tidak harus pintar tetapi memiliki pembawaan yang tenang dan santun. Karakter seperti ini, tambahnya, sangat disukai calon pemilih.

“Banyak orang cerdas tetapi karakternya frontal. Ini publik tidak suka. Tetapi banyak juga orang yang tidak begitu cerdas tetapi tenang, kalem dan santun. Tokoh seperti ini disukai pemilih,” katanya.

Baca juga: Ngabalin Sebut Kritik Prabowo Subianto soal Kemiskinan Menyesatkan

Seluruh pemangku kepentingan tim pemenangan Jokowi-Ma’ruf, menurut Dedi, harus menyadari bahwa kebutuhan Jokowi bukan dalam aspek popularitas. Aspek tersebut telah dipenuhi oleh mantan Wali Kota Solo tersebut.

“Problemnya bukan di popularitas, tetapi bagaimana caranya agar elektabilitas Pak Jokowi tidak tergerus. Ceruk suara harus dijaga dengan pola komunikasi yang disukai seluruh ceruk suara,” tuturnya.

Kompas TV Lalu sejauh mana juga adu persiapan kedua tim pemenangan terutama soal juru bicaranya masing-masing?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com