Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkendala Biaya, Ibu Sempat Minta Jafro Megawanto Berhenti Jadi Atlet Paralayang (2)

Kompas.com - 27/08/2018, 07:30 WIB
Andi Hartik,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Budi Sutrisno (63) dan Suliasih (54) baru saja selesai makan malam di rumahnya di Kelurahan Songgokerto nomor 159 RT 3 RW 3 Kota Batu, Jawa Timur, Minggu (26/8/2018) sekitar pukul 18.00 WIB.

Sepasangan suami istri itu baru saja tiba di rumahnya setelah seharian menggarap ladang miliknya.

Meski demikian, tidak ada tanda - tanda lelah di tubuhnya. Wajahnya yang mulai keriput selalu mencarkan wajah bahagia.

Kabar anaknya, Jafro Megawanto, sebagai peraih medali emas Asian Games 2018 cabang olahraga paralayang membuat hatinya berbunga - bunga.

Jafro mencatat nilai terbaik dari 33 atlet lainnya dalam nomor ketepatan mendarat perorangan atau men's individual accuracy di Gunung Mas, Puncak, Jawa Barat pada Kamis (23/8/2018).

Baca juga: Perjalanan Jafro Megawanto, Tukang Lipat Parasut Peraih Emas Asian Games (1)

Jafro juga menyumbang medali emas di nomor akurasi beregu putra atau men's team accuracy.

Perjalanan Jafro sebagai atlet paralayang tidak mudah. Apalagi ia berasal dari keluarga yang pas-pasan.

Orangtuanya yang bekerja sebagai petani pun sempat meminta Jafro berhenti. Namun Jafro bergeming. Atlet kelahiran 18 Maret 1996 itu optimistis dengan bakatnya.

"Pernah saya suruh berhenti latihan karena biaya. Tapi tetap berangkat, tetap berlatih," kata Suliasih kepada Kompas.com. 

Melihat tekad anak keduanya itu, Suliasih tidak lagi mengucapkan kata menyerah ke anaknya. Setiap biaya untuk ongkos Jafro latihan selalu ia usahakan. Keluhan tentang tidak adanya biaya selalu ia pendam supaya tidak mengurangi semangat anaknya.

Padahal, untuk sekadar sewa ojek untuk latihan, Jafro sedikitnya menghabiskan uang Rp 60.000 dalam sekali latihan. Hal itu jika Jafro terjun sebanyak empat kali dengan harga ojek sekali antar Rp 15.000.

Baca juga: Doa Orangtua, Satu Resep Sukses Jafro Megawanto Raih Emas di Asian Games (3)

"Saya sampai berpikir, sudah bisa kok latihan terus lho. Tapi saya tidak sampai hati mengucapkannya. Khawatir mengganggu semangatnya dia," katanya.

Saat hendak mengikuti kejuaraan juga sama. Perempuan kelahiran 19 September 1964 itu selalu mengupayakan anaknya bisa ikut.

Namun, uang saku yang diberikan kepada Jafro hanya cukup untuk biaya transportasi dan uang pendaftaran.

Selebihnya, Jafro iuran bersama temannya untuk biaya hidup dan tinggal selama masa kejuaraan berlangsung.

"Pernah ke Jember cuma saya kasih Rp 500.000. Itu pun tidak cukup. Uang itu hanya cukup buat biaya menuju ke Jember dan uang pendaftarannya," katanya.

Baca juga: Jokowi Kisahkan Jafro Megawanto, dari Petugas Lipat Parasut hingga Medali Emas Asian Games

Budi Sutrisno, bapak Jafro mengungkapkan hal yang sama. Ia mengaku tidak pernah melarang kehendak anaknya untuk selalu meningkatkan prestasinya. Meskipun dengan pembiayaan yang kurang.

"Selalu saya usahakan. Meskipun utang, pokoknya bisa berangkat. Dan biaya pendaftaran ada," ungkapnya.

Budi Sutrisno dan istrinya merupakan petani. Karenanya, waktunya selalu habis di ladang. Mereka juga memelihara seekor sapi perah untuk menunjang keberlangsungan keluarga.

Baca juga: INFOGRAFIK Asian Games: Peraih Medali Emas, Jafro Megawanto

Kompas TV Pacitan tidak melulu pantai, tapi juga bisa wisata ekstrem di pantai, terbang dengan Paralayang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com