Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiba di Atambua, Joni Si Pemanjat Tiang Bendera Diarak Keliling Kota

Kompas.com - 24/08/2018, 06:32 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

ATAMBUA, KOMPAS.com - Yohanes Ande Kala Marcal alias Joni (13), bocah pemanjat tiang bendera tiba di Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (23/8/2018).

Joni bersama kedua orangtuanya kembali usai bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara di Jakarta, Senin (20/8/2018) lalu.

Sebelum ke Atambua, Joni sempat bermalam di Kota Kupang pada Rabu (22/8/2018).

Wakil Bupati Belu J.T Ose Luan bersama Sekda Belu Petrus Bere dan pimpinan forkompinda menjemput Joni di Bandara A A Bere Tallo.

Baca juga: Tiba di Kupang, Joni Si Pemanjat Tiang Bendera Kebanjiran Hadiah

Setelah tiba dengan menggunakan pesawat Wings Air, Joni diarak keliling Kota Atambua, dengan menggunakan kendaraan bak terbuka.

Joni diarak menuju rumah jabatan Bupati Belu, untuk jamuan makan siang bersama Bupati Belu Wilybrodus Lay.

Sebelumnya diberitakan, Joni memanjat tiang bendera pada saat upacara HUT RI ke-73 di Pantai Motaain, Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada perayaan HUT RI ke-73 lalu.

Joni merupakan pelajar kelas 1 SMP Negeri Silawan. Dia memanjat tiang bendera itu setelah tali yang akan digunakan untuk mengikat bendera terlepas dan tersangkut di ujung tiang bendera.

Baca juga: Tiba di Kupang, Joni Dijamu Makan Penjabat Gubernur NTT

Sementara Wakil Bupati Belu JT Ose Luan mengatakan, atas aksi heroiknya Yohanes dipanggil untuk berdiri di atas podium.

"Saya bangga dengan perjuangan dia (Yohanes) memanjat tiang bendera. Saya katakan ke dia bahwa perjuangan para pahlawan dulu untuk memperjuangan negara ini begitu besar," tuturnya.

Luan pun mengapresiasi tindakan Yohanes dan berencana akan memberikan hadiah untuk Yohanes.

"Anak ini bagi saya adalah pahlawan kita hari ini, karena telah menyelamatkan keadaan," ucap Luan.

Kompas TV Namun sayang aksi heroik Reza yang dilakukannya tahun lalu tidak terangkat ke permukaan sehingga minim apresiasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com