KOMPAS.com - Isu hoaks terkait gempa masih saja muncul. BMKG pun mengimbau masyarakat, khususnya korban gempa, untuk tidak mempercayai kabar bohong yang meresahkan tersebut.
Selain masalah kabar hoaks, fakta tentang kekurangan pasokan terpal untuk tenda bagi para pengungsi mulai muncul.
Berikut sejumlah fakta-fakta terbaru tentang bencana gempa bumi di Lombok:
1. Dua ibu korban gempa berebut terpal
Dua ibu di Dusun Senaru, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, terlibat adu mulut untuk memperebutkan sebuah terpal sumbangan, pada hari Kamis (23/8/2018).
Terpal tersebut hendak digunakan kedua ibu itu sebagai tenda darurat di depan rumah mereka. Keduanya sama-sama menjadi korban gempa 6,4 SR tiga pekan lalu.
"Ini milik saya buat tenda, ibu yang satu lagi keras juga. Lama mereka adu mulutnya," kata Nur, salah satu warga kepada Antara.
Menurut Nur, pertikaian kedua ibu tersebut cukup lama dan di hadapan para donatur. Seperti diketahui, para korban gempa harus merogoh kocek dalam-dalam untuk membeli terpal yang harganya mencapai 1 juta rupiah.
Baca Juga: JK Ungkap Alasan Utama Pemerintah Tak Tetapkan Gempa Lombok Jadi Bencana Nasional
2. Korban gempa terpaksa mengungsi lagi
Setelah sempat kembali ke rumah masing-masing pada hari Jumat (17/8/2018), warga Mandayin, Lombok Timur, harus kembali ke tenda pengungsian usai gempa 6,9 Skala Rochert pada hari Minggu (19/8/2018).
Dilansir dari Antara, sebagain besar warga Mandayin sudah mengungsi lagi karena trauma.
"Datang lagi gempa, sekarang warga dusun sebelah juga sudah mengungsi ke posko Mandayin," kata Hafsal, salah satu warga Mandayin.
Baca juga: JK:Dari Menangis ke Berkeringat untuk Membangun Lombok Kembali
3. Jalur pendakian di Rinjani longsor pasca gempa
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, Sudiono, mengatakan, jalur pendakian Gunung Rinjani masih ditutup untuk waktu yang belum bisa ditentukan.
Hal ini karena gempa bumi masih kerap mengguncang pulau Lombok yang mengakibatkan longsor di lereng Gunung Rinjani.