Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sampai Kembang Mayang Itu Layu, Jasad Shinta Belum Dipulangkan dari Jerman

Kompas.com - 20/08/2018, 17:14 WIB
Andi Hartik,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Nisan atas nama Shinta Putri Dina Pertiwi masih berada di sudut ruang tamu. Di sampingnya, foto Shinta berbalut pigura ukuran 20 R menemani nisan yang berwarna hitam itu.

Sementara itu, di halaman rumah yang ada di Jalan Bandulan Gang 12, Kecamatan Sukun, Kota Malang berjejer sejumlah karangan bunga ucapan bela sungkawa atas meninggalnya Shinta, putri kedua dari Umi Salamah dan Agus Salim.

Shinta diketahui meninggal setelah sempat dinyatakan hilang saat berenang di Danau Trebgaster, Jerman pada Rabu, 8 Agustus lalu. Otoritas setempah sudah melakukan autopsi dan tidak ditemukan indikasi kriminal atas kematian Shinta.

Shinta yang tengah penempuh pendidikan setara Strara 2 (S-2) di Universitas Bayreuth lantas dibawa ke Rumah Duka Tittle Hubner di Klumbach yang tidak jauh dari Kota Bayreuth.

Baca juga: Mahasiswa Asal Malang yang Tenggelam di Jerman Akan Wisuda Desember dan Menikah

Pihak keluarga yang mengetahui kabar kematian itu meminta supaya jasad Shinta dipulangkan untuk dimakamkan di tanah kelahirannya, Kota Malang.

Awalnya, pihak keluarga mendapatkan informasi bahwa Shinta akan tiba di Indonesia pada Jumat (17/8/2018). Pihak keluarga sudah menyiapkan Nisan untuk Shinta.

Bahkan, kembang mayang yang dibuat untuk mengiringi Shinta ke pemakaman sudah disiapkan. Namun jasad gadis kelahiran 1 November 1993 itu tidak kunjung datang.

Sampai kembang mayang itu layu, mengering dan dibuang, jasad yang ditunggu juga tidak kunjung tiba.

Sesuai adat Jawa, gadis lajang yang meninggal akan diiringi kembang mayang saat menuju ke pemakaman. Hal itu sebagai simbol bahwa yang meninggal belum menikah.

"Sejak Rabu nisannya sudah disediakan. Kan rencana Jumat sudah datang," kata Ibunda Shinta, Umi Salamah, Senin (20/8/2018).

Baca juga: Mahasiswa Asal Malang Tewas Tenggelam di Danau Trebgaster Jerman

"Kembang mayang juga sudah disiapkan. Karena dia masih singgle. Kita juga sudah menyiapkan makamnya," ungkapnya.

"Kembang mayangnya sudah layu. Sudah dibuang," imbuh Umi Salamah sembari menunggu kabar kepastian jasad anaknya akan dipulangkan.

Umi mengaku tidak mendapatkan alasan secara jelas dari Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) yang ada di Frankfurt, Jerman tentang keterlambatan kepulangan jasad anaknya.

"Saya sudah menjalin komunikasi yang baik. Tapi jawabannya selalu mengambang," katanya.

Umi sempat mendapatkan informasi bahwa penerbangan jasad Shinta sudah terjadwal. Namun ternyata hingga saat ini jasad Shinta masih di rumah duka. Umi pun mengaku belum mendapatkan kepastian kapan jasad anaknya akan dipulangkan ke Indonesia.

"Bahkan saya tanya posisi Shinta dimana tidak dijawab. Masih di Bayreuth atau sudah di Frankfurt. Kemudian saya tanya ke PPI, jenazah Shinta masih di rumah duka," katanya.

Shinta sudah lima tahun berada di Jerman. Lulusan SMAN 7 Kota Malang itu memulai perjalannya di Jerman dengan menempuh pendidikan kedokteran di Universitas Leipziq sebelum menempuh pendidikan setara S-2 di Universitas Bayreuth.

Sebelum meninggal, Shinta berencana wisuda pada Desember nanti. Shinta juga berencana pulang ke Kota Malang untuk menikah dan kembali lagi ke Jerman untuk menembuh pendidikan S-3.

Kompas TV Menurut informasi yang diperoleh dari KJRI penundaan pemulangan jenazah korban karena masalah kargo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com