Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gotong Royong di Dapur Umum untuk Korban Gempa Lombok

Kompas.com - 20/08/2018, 14:28 WIB
Jessi Carina,
Kurnia Sari Aziza

Tim Redaksi

LOMBOK, KOMPAS.com - Khairiyah sibuk menuangkan adonan perkedel jagung ke dalam wajan panas berukuran besar.

Sesekali dia membalikkan adonan saat warnanya mulai kecoklatan.

Dia dan ibu-ibu lainnya sedang sibuk memasak di dapur umum Gunungsari yang didirikan Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) untuk korban gempa Lombok.

Baca juga: Gempa Lombok, Tamu Hotel Tidur di Lobi hingga Area Parkir

Khairiyah sendiri merupakan seorang guru dari Yayasan Raudlatulsshibyan NW Belencong, Gunung Sari, Lombok Barat.

"Hari ini masak perkedel jagung sama tempe orek," ujar Khairiyah di dapur umum depan sekolah, Lombok, NTB, Senin (20/8/2018).

Di tempat ini, mereka bergotong royong menyiapkan makanan bagi korban gempa. Meskipun mereka sendiri juga merasakan trauma akibat gempa yang muncul berkali-kali.

Baca juga: Listrik Padam, BNPB Terkendala Dapat Informasi Dampak Gempa Lombok

Dalam satu hari, dapur umum ini bisa memasak sekitar 350 porsi sampai 400 porsi. Dengan kemampuan yang ada, ibu-ibu ini hanya bisa memasak untuk makan siang saja.

Khairiyah mengatakan, logistik makanan dari dapur umum ini disuplai dari ACT yang merupakan sumbangan dari berbagai pihak.

Segala bentuk bantuan logistik, kata Khairiyah, sangat berguna untuk korban gempa Lombok.

Baca juga: 91 PAUD Terkena Dampak Gempa Lombok

"Alhamdulillah selain dari bahan logistik yang ada di sini, kadang kami dapat sumbangan juga dari yang lain yang ingin sumbang. Ada yang langsung kasih rendang atau tempe. Itu semua langsung kami bungkus untuk warga," ujarnya.

Mereka memasak dari pagi hingga siang dan dibantu mahasiswa relawan. Setelah matang, makanan dibungkus dan didistribusikan ke tempat pengungsian.

Banyak komunitas maupun lembaga yang membantu korban gempa Lombok. Namun, dukungan yang tidak kalah penting berasal dari warga setempat.

Baca juga: Pasca Gempa Lombok, Senggigi Gelap Gulita, Turis Belum Berani Masuk Hotel

Warga yang punya persediaan selimut lebih biasa berbagi dengan warga lain yang membutuhkan.

Khairiyah mengatakan, warga sekitar juga biasa mengobrol dan bersenda gurau untuk menghilangkan trauma. Dapur umum ini menjadi tempat interaksi menghilangkan sedih.

"Harus sering dikasih motivasi warganya. Sering dikunjungi, diajak mengobrol. Sambil kami harus sering berdoa juga," kata Khairiyah.  

Baca juga: Tiga Guncangan Gempa Lombok Terasa hingga Bali, Warga Keluar Rumah

Koordinator Posko Bantuan dari ACT Sutaryo mengatakan, ada 44 dapur umum yang sudah dibangun. Posko unit juga sudah dibangun di 44 lokasi.

Sutaryo mengatakan pihaknya memang tidak menyediakan koki untuk memasak di dapur umum.

"Jadi yang memasak memang ibu-ibu setempat," ujarnya.

Baca juga: [HOAKS] Informasi Bantuan untuk Korban Gempa Lombok Ditahan

Adapun, ACT memiliki 1 posko induk, 8 posko wilayah, 44 posko unit, dan 44 dapur umum untuk bencana gempa Lombok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com