Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KNKT: Butuh 1 Tahun Ungkap Penyebab Jatuhnya Pesawat Dimonim di Papua

Kompas.com - 16/08/2018, 20:39 WIB
Kontributor Wamena, John Roy Purba,
Farid Assifa

Tim Redaksi

JAYAPURA, KOMPAS.com - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengatakan, butuh satu tahun lebih untuk bisa mengungkap kecelakaan pesawat Dimonim Air PK-HVQ tipe Pac 750 XL milik Matha Buana Abadi yang ditemukan rusak parah di Gunung Menuk, Kampung Okatem, Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Sabtu (11/8/2018) lalu.

Diketahui, kecelakaan itu menewaskan dua awak pesawat dan tujuh penumpangnya. Beruntung, satu orang bocah berusia 12 tahun bernama Jumaidi berhasil selamat dalam insiden itu.

Staf Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Perwakilan Papua, Nurbert Tunayan mengatakan, pihaknya menerima informasi kecelakaan ini pada 11 Agustus 2018. Lalu KNKT menerjunkan tim ke Oksibil, ibu kota Kabupaten Pegunungan Bintang pada tanggal 13 Agustus 2018.

"Di Papua penerbangan mau dibilang sulit ya sulit, tapi terbang di Papua punya aturan penerbangan. Itu yang membuat kita tiba dua hari setelah kejadian. Tapi kita sangat bersyukur karena semua perlengkapan sudah dievakuasi, dari TNI-Polri dan masyarakat begitu cepat untuk mengatasi ini. Bahkan ada penumpang yang selamat. Itu mukjizat Tuhan dan jarang terjadi, misalnya pada kecelakaan pesawat Trigana pada Agustus 2015, semua hilang," katanya dalam keterangan pers di Polda Papua saat penyerahan kotak hitam, Kamis (16/8/2018).

Baca juga: Seluruh Jenazah Korban Dimonim Air Telah Teridentifikasi

Setibanya di Oksibil, lanjut Nubert, pihaknya langsung menuju lokasi jatuhnya pesawat dengan dibantu TNI-Polri dan Satgas Pamtas.

"Kami sudah ambil data di sana. Semua dianalisa dan difoto. Sejumlah perlengkapan juga sudah diambil polisi cukup banyak dan waktu kejadian evakuasi, polisi sudah ambil alat dan sudah diserahterimakan di Polres Pegunungan Bintang," terangnya.

Pihaknya akan menganaisis 14 item atau barang bukti yang ditemukan di lokasi kejadian.

"Untuk pesawat kecil 9 penumpang ke bawah secara regulasi tak ada kotak hitam dan tak diwajibkan. Instrumen yang diserahkan adalah instrumen Garmen jene 430 gps yang berisi komunikasi navigasi dan komunikasi serta Emergency Locator Transmitter (ELT). Komponen pesawat ini sebelumnya telah diserahkan oleh Kepolisian dan TNI kepada KNKT di Oksibil Pegunungan Bintang," katanya.

Nubert menambahkan, seluruh barang bukti dan dokumen penerbangan selanjutnya akan diserahkan ke KNKT pusat untuk diinvestigasi penyebab pasti kecelakaan pesawat Dimonim Air.

"Untuk proses investigasi diperkirakan selesai dalam waktu satu tahun, bahkan bisa lebih jika sulit. Sementara laporan awal akan dikeluarkan satu bulan setelah kejadian," tegasnya.

Baca juga: 4 Jenazah Korban Kecelakaan Pesawat Dimonim Diserahkan ke Keluarga

Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Drs Ahmad Musthofa Kamal mengatakan, penyerahan kotak hitam ini merupakan bagian dari investigasi oleh KNKT.

"Kotak hitam adalah petunjuk memberikan informasi dan kondisi pesawat takeoff dan jatuh. Saat ini kita serahkan ke KNKT untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut agar ada kepastian penyebab jatuhnya pesawat ini," tuturnya di lokasi yang sama.

Kompas TV Ke-8 jenazah ini merupakan korban Pesawat Dimonim Air yang jatuh dan menabrak Gunung Menduk di Kabupaten Pegunungan Bintang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com