Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Warga Terpencil yang Langganan Konsumsi Air Keruh Saat Kemarau

Kompas.com - 15/08/2018, 12:27 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Reni Susanti

Tim Redaksi

GROBOGAN, KOMPAS.com - Kemarau panjang yang melanda Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, menyisakan derita yang berlarut-larut. Terlebih bagi masyarakat terpencil yang tidak terakses pasokan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Selama ini, program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) dinilai belum efektif untuk membantu memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat wilayah pelosok di Grobogan.

Salah satu penyebab kegagalan itu yakni sumber air tanah. Hal itu merujuk pada riset geologi yang menyebut wilayah Kabupaten Grobogan adalah kawasan yang minim pasokan air tanah.

Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (Disperakim) Grobogan, M Chanif mengatakan, di Kabupaten Grobogan tercatat ada 273 desa dari 19 kecamatan.

Baca juga: Musim Kemarau, 199 Desa di Jatim Dilaporkan Kekeringan

 

Adapun program Pamsimas yang berlangsung sejak 2008 sudah berjalan di 150-an desa di Grobogan.

Melalui Pamsimas sudah terealisasi sumur, tandon, jaringan, dan sambungan (satu paket instalasi pamsimas) di setiap desa. Satu paket Pamsimas dianggarkan Rp 300 juta.

"Namun karena minimnya sumber air tanah, masih banyak desa yang tak terjangkau Pamsimas. Bahkan saat ini 20 persen mangkrak karena sumber air tanahnya habis," tutur kata Chanif kepada Kompas.com, Selasa (14/8/2018).

Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Grobogan, 82 desa yang ada di 12 kecamatan Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, mengalami krisis air bersih akibat kemarau.

Tercatat, permintaan droping air bersih dari puluhan desa itu sudah berlangsung sejak awal Juni.

"Sejauh ini kami sudah melakukan droping air bersih menggunakan truk tangki sebanyak 57 kali. Musim kemarau di Grobogan baru memasuki 2 bulan ini," ujar Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Grobogan, Budi Prihantoro.

Berburu Air

Anak-anak warga Desa Keyongan, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah mengambil air dari belik di sungai yang mengering untuk keperluan mandi sebelum berangkat ke sekolah, Selasa (14/8/2018) pagi. Kemarau panjang yang melanda Kabupaten Grobogan menyisakan derita yang berlarut-larut bagi masyarakat terpencil yang tidak terakses pasokan air bersih, salah satunya terpaksa mengonsumsi air hasil menggali tanah di dasar sungai setempat yang telah mengering.KOMPAS.com/PUTHUT DWI PUTRANTO Anak-anak warga Desa Keyongan, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah mengambil air dari belik di sungai yang mengering untuk keperluan mandi sebelum berangkat ke sekolah, Selasa (14/8/2018) pagi. Kemarau panjang yang melanda Kabupaten Grobogan menyisakan derita yang berlarut-larut bagi masyarakat terpencil yang tidak terakses pasokan air bersih, salah satunya terpaksa mengonsumsi air hasil menggali tanah di dasar sungai setempat yang telah mengering.
Menurut Budi, dari 82 desa yang terdampak kekeringan, hampir 50 persennya mengalami krisis air bersih parah.

"Selain mengandalkan suplai air bersih, warga juga mencari sumber mata air di sungai, sawah, dan sumur buatan," tutur Budi.

Satu di antara desa di Kabupaten Grobogan terdampak kemarau yang sangat memprihatinkan yaitu Desa Keyongan, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan.

Lokasi desa ini terpencil dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Sragen, Jateng.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com