Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jerman Bidik Lulusan Pendidikan Vokasi Indonesia

Kompas.com - 15/08/2018, 07:29 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin,
Reni Susanti

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com – Sejumlah perusahaan Jerman tertarik untuk mendatangkan lulusan dari perguruan tinggi di Indonesia yang mempunyai keterampilan mumpuni. Terutama, lulusan pendidikan vokasi.

Hal itu disampaikan mantan Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar RI untuk Jerman, Profesor Agus Rubiyanto seusai mengisi kuliah umum di Politeknik Ilmu Pelayaran, Semarang. 

“Kebutuhan nautikal (pelayaran) ini luar biasa. Perusahaan dari Jerman cari alumni di sini saja kurang, mereka butuh 40 orang, kita bisanya kasih 5 orang,” ujar Agus, Selasa (14/8/2018).

Sebagai negara maritim, Indonesia harus fokus menciptakan lulusan yang mempunyai keterampilan mumpuni.

Baca juga: Jokowi Naik Trail Membonceng TGB Tengok Korban Gempa di Lombok Utara

 

Hal itu dikuatkan dengan kebijakan Presiden Joko Widodo yang memfokuskan pembangunan laut.

“Masa depan Indonesia ada di laut, mulai logistik, transportasi. Kalau bicara tol laut, kita butuh sopir, nah yang nyopir efisien, logistiknya, butuh lulusan vokasi,” ujarnya.

Agus menjelaskan, pemerintah Jerman sangat bersemangat menjalin kerja sama dengan Indonesia dalam berbagai bidang, salah satunya pendidikan vokasi. Kerja sama itu telah diwujudkan sejak 2012 lalu.

Salah satu alasannya karena Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim demokratis, namun juga lulusan Indonesia terampil dalam berbagai bidang.

Lantaran kemudahan itu, pihak Jerman dinilai sangat bersemangat.

Baca juga: Satu Keluarga di Makassar Tewas Dibakar oleh Kartel Narkoba

“Anak-anak kita ketika dididik itu terampil, mereka yang tidak terampil karena tidak ada kesempatan saja. Kalau ada pasti kompetitif. Penting buat anak agar bangga berpendidikan di Indonesia,” ujarnya.

Dalam implementasinya, Agus mengatakan, pendidikan vokasi harus mampu mengintergrasikan teori dan praktik.

Pendidikan vokasi di Jerman menganut dualisme sistem, yang memadukan teori dan praktik, atau 2 hari teori, 3 hari praktik.

Dalam bidang pelayaran, para anak didik bisa belajar dan praktek mengendalikan kapal, mengatasi di tengah laut.

Kebutuhan seperti itu, sambung dia, tidak hanya teori. Tapi lewat simulasi atau praktik di perusahaan pelayaran yang rill di lapangan.

“Kalau saya lihat di Polimarin itu dilakukan, kerja sama dengan berbagai pihak. Dunia usaha dan industri ikut tanggung jawab, mendidik anak terampil, dan cekatan,” tambahnya.

Jerman, dipilih sebagai rujukan karena pendidikan vokasi di negeri itu paling tertua di dunia, di atas Austria dan Swiss.

“Pendidikan vokasi itu menekankan keterampilan, bukan hapalan dan bukan mendarah daging. 50 persen pemuda Jerman memilih pendidikan vokasi. Mobil mersedes, VW itu dalamnya ditopang tenaga terampil dan terstuktur,” pungkasnya. 

Kompas TV Kita memperingati Hari Teknologi Nasional ke-23 dengan tekad meningkatkan penguasaan Iptek dan mendorong terjadinya inovasi di era industri 4.0.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com