MATARAM, KOMPAS.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada sekitar 10.000 warga mengungsi pasca-gempa di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Minggu (5/8/2018).
Kepala Humas dan Pusat Informasi Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, BNPB memperkirakan, jumlah pengungsi diperkirakan meningkat dua kali lipat dari jumlah pengungsi dari gempa pada 29 Juli lalu.
"Sampai dengan kemarin, kondisinya lebih dari 10.000 jiwa pengungsi. Sekarang ditambah dengan gempa yang lebih besar dan wilayahnya lebih luas," kata Sutopo, Senin.
Baca juga: Fakta Terbaru, Korban Meninggal 108 hingga Sejumlah Desa Terisolir di Lombok
Pada Selasa (7/8/2018), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB mencatat ribuan pengungsi tersebar di banyak tempat dan belum semua pengungsi memperoleh bantuan.
"Kebutuhan mendesak saat ini tenda pengungsi, makanan siap saji, air mineral, selimut, terpal," demikian bunyi keterangan tertulis dari BPBD.
Pengungsi dilaporkan masih berada di lapangan dan di halaman rumahnya sebagai pengungsi mandiri. Penanganan terkendala beberapa hal yaitu terbatasnya alat berat, luasnya daerah yang terdampak, listrik padam di Lombok Utara dan Lombok Timur, saluran komunikasi mati, rusaknya jembatan di tiga tempat yaitu jembatan Tampes, jembatan Lokok Tampes dan jembatan Luk yang menyebabkan aksesibilitas terganggu, terbatasnya ketersediaan logistik dan lainnya.
Baca juga: Gempa Lombok, Masjid di Dusun Zohri Roboh, Diperkirakan Banyak Korban Tertimbun
Sementara itu, kendala yang dihadapi petugas lapangan antara lain kurangnya peralatan dan logistik, terbatasnya jumlah personel, air PAM dan listrik tidak berfungsi, dan terputusnya sebagian sarana komunikasi.
Hingga Selasa (7/8/2018), korban meninggal dunia akibat gempa magnitudo 7 di Lombok bertambah menjadi 108 orang.
Ratusan orang luka, ribuan jiwa masyarakat mengungsi dan ribuan rumah rusak. Diperkirakan, jumlah korban dan kerusakan akibat dampak gempa akan terus bertambah. Pendataan masih terus dilakukan oleh aparat.
Tim SAR Gabungan terus menyisir daerah-daerah terdampak gempa untuk melakukan evakuasi, penyelamatan dan pertolongan kepada korban gempa di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Daerah Lombok Utara paling parah terdampak gempa karena berdekatan dengan pusat gempa. Kerusakan rumah dan bangunan terjadi luas. Rumah-rumah di Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Timur yang sebelumnya hanya rusak ringan diguncang gempa bermagnitudo 6,4 pada 29/7/2018 menjadi rusak berat dan roboh akibat guncangan gempa bermagnitudo 7.
Berdasarkan laporan pertugas di Kabupaten Lombok Utara perkiraan kerusakan rumah di berbagai kecamatan seperti Kecamatan Bayan, Kecamatan Kayangan, Kecamatan Gangga, KecamatanTanjung dan Kecamatan Pemenang mencapai lebih dari 50 persen. Pendataan masih dilakukan.