Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Kunjung Dapat Kerja? Coba Cek Media Sosial Anda...

Kompas.com - 03/08/2018, 21:20 WIB
Iqbal Fahmi,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

PURBALINGGA, KOMPAS.com - Apakah Anda merasa susah mendapat pekerjaan meskipun selama ini sudah banyak mengirimkan aplikasi di berbagai instansi perusahaan. Jika iya, bisa jadi penyebabnya bukan karena Anda tidak maksimal mengerjakan tahap seleksi, namun karena Anda memiliki catatan buruk dalam bergiat di media sosial.

Hal tersebut diungkapkan oleh anggota Asosiasi Digital Forensik Indonesia, Mukhlis Prasetyo Aji saat menjadi narasumber pada sosialisasi tentang jejak digital dan keamanan berinternet di aula Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Kamis (2/8/2018).

Mukhlis menuturkan, saat ini jejak digital sudah menjadi rujukan banyak lembaga atau perusahaan untuk merekrut tenaga kerja. Hal ini dapat terlihat dari salah satu syarat dimana pelamar wajib mencantumkan identitas media sosial mereka.

Bukan tanpa alasan, perusahaan atau lembaga tersebut akan menelusuri kepribadian calon pekerjanya melalui rekam jejak di media sosial. Jika sang pelamar santun dan bijak dalam bermedia sosial, besar kemungkinan akan berdampak positif.

Baca juga: Kisah Hendra, Office Boy Tumbal Kasus Videotron yang Kini Sulit Dapat Kerja

 

Sebaliknya jika media sosial digunakan secara tidak bijak, tentu akan menjadi pertimbangan lebih bagi perusahaan untuk menerimanya sebagai pegawai.

“Sebaiknya pikirkan dulu sebelum memosting sesuatu di media sosial. Salah-salah anda akan terjerat hukum dan itu akan merugikan diri anda sendiri,” katanya.

Menurut Muklis, kebebasan berekspresi bukan berarti dapat seenaknya membagikan apa saja. Akan sangat beresiko jika konten yang diunggah oleh kita cenderung menimbulkan dampak yang destruktif yang justru akan merugikan diri sendiri.

Belum lama ini, Mukhlis menjumpai kasus di Kebumen, dimana seorang anak berusia 10 tahun mengunggah sebuah konten di akun media sosial pribadi yang dianggap menyudutkan sebuah institusi pemerintahan.

Karena postingan tersebut, sang anak diperiksa pihak kepolisian, dan hal ini tentu saja memberikan dampak negatif baginya.

Baca juga: Tekan Pengangguran, Pemkot Bandung Tawarkan 4.000 Lowongan Kerja

“Nah, ini menjadi sebuah pelajaran bagi kita, sebagai orang tua juga harus pandai mengawasi anak dalam bermedia sosial,” ujarnya.

Lebih lanjut, Mukhlis yang juga menjadi dosen di Universitas Muhammadiyah Purwokerto itu memberikan tipas agar terhindar dari konflik di media sosial.

Pertama, jika sudah terlanjur mengunggah sebuah konten yang dianggap merugikan pihak lain, jangan gengsi untuk meminta maaf agar permasalahan tidak semakin rumit. Kemudian, bergegaslah menghapus unggahan tersebut dari media sosial Anda.

“Sekarang, coba cek media sosial Anda. Barangkali ada postingan dianggap tidak layak, cepat-cepatlah dihapus, karena bisa saja hal itu akan merugikan Anda di kemudian hari,” pungkasnya.

Kompas TV Episode Siapa Siap Datang Jakarta - Jejak Kasus
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com