Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sumur Kering, Kami Mencuci Pakaian di Sungai Keruh..."

Kompas.com - 02/08/2018, 14:38 WIB
Budiyanto ,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

SUKABUMI, KOMPAS.com — Musim kemarau tiba, sebanyak 12 dari 47 kecamatan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dilaporkan mulai dilanda kekeringan. Dampak yang sangat dirasakan masyarakat, antara lain kesulitan mendapatkan air bersih.

Data sementara, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi hingga Selasa (31/7/2018) mendapatkan laporan resmi dari 9 kecamatan meliputi 17 desa dan 1 kelurahan.

''Sampai sekarang sembilan kecamatan yang melaporkan di wilayahnya mengalami kekeringan,'' kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Kabupaten Sukabumi, Maman Suherman kepada Kompas.com melalui pesan WhatsApp, Kamis (2/8/2018).

Baca juga: Udara Panas, Anak-anak Nyebur ke Sungai Cimahi meski Keruh dan Kotor

Menurut dia, dampak kekeringan dari sembilan kecamatan tersebut mayoritas masyarakat mengalami kesulitan air bersih karena sumur-sumur milik warga sebagai sumber air mulai surut bahkan sudah banyak yang kering.

Sebagai langkah antisipasi pada musim kemarau ini, Pemerintah Kabupaten Sukabumi sudah menetapkan siaga kekeringan sejak 16 Juli 2018 hingga 30 September 2018 mendatang.

''Kami sudah mengimbau kepada seluruh wilayah untuk memantau dan segera melaporkan bila ada daerah terdampak kekeringan,'' ujar dia.

Maman menjelaskan, tindakan yang sudah dilaksanakan BPBD dalam menanggulangi kesulitan air sudah beberapa kali menyalurkan air bersih ke beberapa lokasi.

Baca juga: Kekeringan di Kulon Progo, Mbah Urip Susah Payah Menciduk Air Bercampur Lumpur...

''Dua mobil tangki masing-masing 5.000 liter sudah disalurkan di antaranya ke wilayah Kecamatan Cibadak, Bantargadung,'' ujarnya.

Selain itu, pihak BPBD juga terus mendata potensi sumber air di wilayah-wilayah yang mengalami kesulitan air bersih. Selanjutnya akan dilaksanakan program pipanisasi dari sumber air hingga ke permukiman atau perkampungan.

Salah seorang warga di Kampung Sekarwangi, Kelurahan Cibadak, Nurhayati (42) mengakui sudah sekitar sebulan sumurnya sudah mulai mengering.

Untuk memenuhi keperluan mencuci pakaian dan peralatan dapur serta mandi terpaksa harus ke Sungai Cimahi. Namun, air Sungai Cimahi saat musim kemarau yang keruh dan kotor ini diduga terpapar limbah.

''Paling setiap pagi, air dari sumur ada tiga ember. Cukuplah untuk memasak dan minum,'' aku Nurhayati.

Baca juga: Kemarau, Pendaki Dilarang Buat Perapian di Gunung Slamet

''Kalau untuk mencuci pakaian dan peralatan rumah tangga harus ke Sungai Cimahi. Tapi, kalau lewat pukul sembilan airnya sudah kotor dan keruh,'' sambung dia sambil mengeluh.

Aas (46), pemilik warung nasi padang, mengakui meminta air bersih ke tetangga untuk memenuhi keperluan minum dan memasak di warungnya. Sebab, sumur yang ada di warung miliknya sudah kering dalam dua pekan terakhir ini.

''Kalau mencuci ikan, daging ayam dan lainnya langsung di pasar, karena airnya ada. Kalau di sini, saya minta tetangga yang langganan PDAM,'' ujar Aas, warga Jalan Raya Sukabumi-Bogor, Kampung Sekarwangi.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com