Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekeringan di Kulon Progo, Mbah Urip Susah Payah Menciduk Air Bercampur Lumpur...

Kompas.com - 01/08/2018, 20:59 WIB
Dani Julius Zebua,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com - Warga Dusun Pundak V, Desa Kembang, Kecamatan Nanggulan di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta merasa kesulitan air bersih. Seperti halnya dirasa nenek renta disapa Mbah Urip Harjo, 75 tahun.

Mbah Urip harus menciduk dengan susah payah air bercampur lumpur pada sumur sedalam 16 meter. Setiap hari, Mbah Urip hanya berhasil mengisi 8 ember saja meski harus setengah hari di sumur warga yang berada di belakang rumahnya.

Musim kemarau berkepanjangan membuat sumur nyaris kering kerontang. Dasar sumur sampai kelihatan dari ketinggian. Situasi ini sudah masuk bulan ketiga.

"Ngisi air di ember mesti nutul-nutul (menciduk pelan-pelan). Sumur sudah tidak ada air. (Setelah ember terisi) harus mengunggu seharian (kotoran) air di ember itu mengendap," kata Mbah Urip di pinggir sumur di belakang rumahnya, Rabu (1/8/2018).

Baca juga: 2.000 Tangki Air Disiapkan Untuk Antisipasi Kekeringan di Jawa Tengah

Kekeringan sudah memasuki bulan ke-3. Cuaca belum menunjukkan tanda mau hujan. Mbah Urip mengatakan semua warga di dukuhnya juga merasakan hal serupa. Sumur besar pun dipakai bersama-sama oleh warga. "Tapi airnya keruh," kata Mbah Urip.

Sebagian warga lain yang ingin mendapatkan air dengan kualitas yang lebih baik rela mengambil air di sumber atau sumur yang agak jauh. Mbah Urip mengaku tidak bisa ke sana karena sudah tua dan tidak mampu jalan jauh.

"Saya (hidup) sama anak saja. Dibantu (ambil air) anak. Air untuk sehari-hari, masak sama mandi," kata Mbah Urip.

Tidak sedikit warga yang memilih mengambil air di sumur daerah lain. Ibu rumah tangga 3 anak, Suparjinah mengatakan, ia rela pergi pulang pakai motor untuk melansir 8 jeriken air bersih.

Baca juga: Kekeringan Melanda Kulon Progo, Sejumlah Desa Kesulitan Air Bersih

Ia harus menghabiskan waktu 15 menit hanya untuk sekali ambil air. "Saya ambil 6-8 jeriken tiap hari pakai motor," kata Suparjinah.

Air merupakan kebutuhan utama sehari-hari untuk masak, minum, cuci piring, hingga mandi anak-anak. Sebagai orang tua, ia rela mandi dan mencuci baju di Sungai Progo yang jauhnya 15 menit dengan jalan kaki.

"Anak-anak tidak mandi di sungai, karena bisa gatal-gatal. Orang tuanya saja yang mandi di sungai. Air sungai juga tidak bisa untuk air minum," kata Suparjinah.

Warga mengalami kekurangan air bersih akibat kekeringan dua bulan belakangan ini. Warga sampai harus meminta bantuan air bersih dari pemerintah.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo sampai mengirim dua truk tangki membawa 10.000 liter air bersih ke Dusun Pundak V, Rabu siang.

Mereka menampung ribuan liter air itu di kolam darurat yang dibikin dari terpal di halaman rumah Jamiatun, warga setempat.

Warga di Desa Kembang, Nanggulan, Kulon Progo, DIY, mengantre mendapatkan air bersih. BPBD Kulon Progo mengirim 10.000 liter di tahap awal, Rabu (1/8/2018). KOMPAS.com/DANI J Warga di Desa Kembang, Nanggulan, Kulon Progo, DIY, mengantre mendapatkan air bersih. BPBD Kulon Progo mengirim 10.000 liter di tahap awal, Rabu (1/8/2018).

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com