Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiba di Jakarta, Peserta Aksi "Long March" Laskar Santri Datangi PKB

Kompas.com - 30/07/2018, 13:51 WIB
Reni Susanti

Editor

JAKARTA, KOMPAs.com - Lebih dari 500an peserta long march Laskar Santri tiba di Jakarta. Mereka direncanakan bertemu Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Senin (30/7/2018).

Rombongan santri tersebut telah berjalan sejak Jumat (20/7/2018) atau 11 hari dari Banjar menuju Jakarta. Mereka melewati Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Bandung, Karawang, dan terakhir Jakarta.

Koordinator Lapangan (Korlap) Laskar Santri, Johan Jauhari mengatakan, para santri akan menuntaskan perjalanan menuju Jalan Raden Saleh-Jakarta Pusat, yang merupakan markas Cak Imin, hari ini.

Cak Imin telah diagendakan menerima mandat para kyai, yang bermufakat mendorong Cak Imin untuk menjadi pendamping Joko Widodo (Jokowi) sebagai Wakil Presiden RI pada Pemilu 2019 mendatang.

Baca juga: Dukung Cak Imin Jadi Wapres, 3.000 Orang Long March Banjar-Jakarta

"Sesampainya di kantor DPP PKB nanti kami memberikan bendera dari Laskar Santri kepada Cak Imin sebagai simbol mandat para tokoh, ulama, dan kiai, yang mendorong Cak Imin untuk maju sebagai Wapres 2019," ujar Johan dalam rilisnya, Senin.

Johan menjelaskan, alasan kalangan santri menginginkan Cak Imin sebagai pemimpin bangsa di masa depan.

Sebab Cak Imin merupakan satu-satunya tokoh NU setelah wafatnya GusDur, yang lahir dan besar di pondok pesantren hingga mampu menunjukkan dedikasinya untuk bangsa dan negara di kancah nasional.

"Saat ini beliau menjabat sebagai Wakil Ketua MPR yang perannya sangat menentukan untuk menjaga kemurnian Pancasila, UUD 45, Bhinneka Tunggal Ika, dan keutuhan NKRI," tuturnya.

"Beliau juga sangat berperan di organisasi Islam terbesar di Nusantara, Nahdatul Ulama. Apalagi Cak Imin merupakan cucu dari perintis NU, KH Bisri Samsuri," papar Johan.

Cak Imin sudah menunjukkan perannya membangun bangsa dan negara meski di usia yang masih tergolong muda.

Baca juga: Kata PKB soal Santri Pendukung Cak Imin yang Long March ke Jakarta

Ia mencontohkan, salah satu hasil kerja keras Cak Imin melalui F-PKB (Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa) adalah mendorong 20 persen alokasi untuk anggaran pendidikan, dan memprakarsai lahirnya UU Desa No 6 Tahun 2014 yang menjadi payung hukum alokasi Dana Desa dari APBN.

"Cak Imin itu sosok muda yang cerdas, berani, dan tegas memperjuangkan hak-hak rakyat termasuk kalangan santri. Maka sangatlah rugi jika Pak Jokowi tidak merangkul Cak Imin sebagai Cawapresnya pada Pemilu 2019 nanti," tegasnya.

"Misi kami mengawal mandat dari para Kiai dan ulama, maka menjadi logis bila kami ingin memastikan kembali, sesungguhnya kami tengah mengemban misi untuk menjadikan Cak Imin sebagai Wapres 2019, dan itu tidak bisa ditawar lagi, alias harga mati," imbuhnya.

Mengenai kelanjutan aksi long march, Johan mengatakan, setelah menyerahkan mandat kepada Cak Imin, ada 99 santri yang akan melakukan tirakat politik sampai batas akhir pendaftaran pasangan Capres dan Cawapres, 10 Agustus mendatang.

"Tirakat politik ini dilakukan dengan cara berpuasa, mulai besok sampai tanggal 10 Agustus (batas akhir pendaftaran pilpres) sebagai ikhtiar para santri dalam menuntaskan dan menyempurnakan aksi suluk al-batiniyyah, paska menempuh aksi jalan kaki sepanjang ratusan kilometer," imbuhnya.

Hafid Muslim, santri asal Ponpes Darul Ulum Malangbong Kabupaten Garut mengatakan, keterlibatan dirinya dalam long march ini karena berharap besar Cak Imin sang panglima santri menjadi wakil persiden RI.

"Ya harapannya sama pak Jokowo,kalau tidak pun kami akan tetap mengikuti jejak langkah politik Cak Imin,"paparnya

 

Kompas TV Meski demikian, nama Muhaimin Iskandar dianggap kurang memiliki kekuatan politik ketimbang mantan Ketua MK Mahfud MD.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com