Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Cinta Sejati Soeharto, Mantan Atlet Disabilitas yang Tetap Setia Merawat Istri

Kompas.com - 27/07/2018, 07:00 WIB
Farid Assifa

Editor

SURABAYA, KOMPAS.com - Meski tidak bisa melihat, Soeharto masih setia merawat istrinya yang terkena timor jinak di otak dan luka infeksi di bokong.

Pria 68 tahun yang buta sejak umur 19 tahun itu baru saja tiba dari menjenguk istrinya, Astuti (75) yang dirawat di RS Soewandi.

Usai makan, Soeharto bercerita, Astuti dijemput Linmas dan Satpol PP Pemerintah Kota Surabaya untuk mendapat perawatan khusus dari dokter.

Karena sebelumnya luka infeksi Astuti hanya dirawat seadanya olehnya, padahal kondisinya sudah parah, berdarah dan mengeluarkan bau tidak sedap.

"Ibu (Astuti) operasi 2014-an akhir, tumor otak jinak. Setelah itu memang kondisinya semakin melemah. Dia hanya terbaring di atas kasur, dulu masih bisa bergerak sedikit, saya yang bantu papah ke kamar mandiri dengan jalan mundur. Ya, kalau keserimpet ya jatuh berdua, saya ditimpa istri saya, gimana lagi saya kan tak bisa melihat juga, kami juga tidak punya anak," kata Soeharto menceritakan kondisi istrinya kepada Surya, Senin (23/7/2018).

Karena sudah tak kuat berdiri, akhirnya Astuti hanya bisa terbaring lemas di atas kasur. Karena jarang bangun, luka baru di bagian bokong muncul. Belum lagi diperparah dengan kebersihan yang kurang terjaga.

"Gimana lagi, saya nggak bisa lihat lukanya. Jadi kalau kencing, berak, mandi saya suka sebisanya saja. Nggak tahu ternyata makin parah sampai keluar belatungnya begitu dan bau tidak sedap," kata Soeharto.

Baca juga: Kisah Warga Tergusur yang Bertahan di Tengah Debu Pasir Proyek Bandara

Soeharto mengatakan, meski kondisinya sangat memprihatinkan dia tetap sabar. Dia sering berpesan kepada istrinya, meski dia tidak melihat namun cintanya terhadap Astuti tidaklah akan pernah hilang.

"Kadang dia sering mengeluh sakit, saya jawab 'ya memang sakit, nanti diobati' kemudian saya cium. Obat yang bisa saya berikan ya ciuman tanda sayang itu. Saya ingin menyayangi istri saya seperti Nabi Muhammad menyayangi istrinya, sabar karena dia juga sabar nggak pernah membantah," kisah Soeharto mengenang.

Soeharto dengan keterbatasannya tak bisa apa-apa melihat kondisi istrinya secara cermat. Satu-satunya orang yang peduli adalah Wati, tetangganya yang punya warung kopi di seberang rumah.

Wati memang seperti anak kedua yang memberikan makan, dan sering mengupayakan agar RT, RW, lurah, dan masyarakat memberikan perhatian kepada kondisi Soeharto.

"Saya bilang bapak untuk menjaga kesehatan supaya tetap bisa merawat ibu. Karena saya sendiri tidak tega melihat luka ibu, saya juga megupayakan ke RT, RW, dan kelurahan supaya bapak dapat makan gratis. Sekaligus dapat relawan yang pas untuk mengurus ibu," kata Wati, sambil mengemasi piring kotor bekas makan Soeharto untuk dibawa pulang.

Belakangan, Soeharto dibantu seorang relawan dari sebuah LSM bernama Siti, yang membantu membersihkan luka Astuti setiap dua hari sekali.

Tukang pijat

Soeharto adalah mantan atlet cabang olahraga atletik di Far East for Disabled di Australia pada 1976. Dia mempersembahkan satu emas dan satu perunggu.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com