Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sumut Latihan Tangkal Zoonosis, yang Berpotensi Jadi Bencana Non-Alam Terbesar

Kompas.com - 26/07/2018, 18:23 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Infeksi yang ditularkan hewan bertulang belakang (vertebrata) ke manusia, atau sebaliknya (zoonosis) menjadi perhatian dunia dalam beberapa tahun terakhir. 

Zoonosis disebut mengancam kelangsungan kehidupan manusia. Dampak ancaman tak hanya terjadi di sektor kesehatan, namun juga di sektor ekonomi, sosial dan keanekaragaman hayati.

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprov Sumut) mengatakan, diperlukan penanganan serius untuk mencegah, mendeteksi dan mengatasi wabah ini.

“Lebih dari 70 persen penyakit infeksi baru di dunia melibatkan hewan ternak dan satwa liar, seperti Zika dan Ebola. Terbesar adalah Flu Burung pada 2005 menyebabkan kematian ribuan ternak dan korban manusia," kata Sekretaris Daerah Provinsi Sumut R Sabrina, Kamis (26/7/2018).

Menurutnya, epidemiologi, mekanisme transmisi penyakit dari hewan ke manusia, diagnosa, pencegahan dan kontrol harus diantisipasi.

Baca juga: Indonesia dan Amerika Antisipasi Kedaruratan Penyakit Zoonosis

Untuk itu, Sabrina mendukung Table Top Simulation (TTS) yang melibatkan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), untuk menghadapi kedaruratan penyakit hewan, zoonosis dan penyakit infeksi baru dengan pendekatan One Health.

“Simulasi ini berguna bagi jajaran aparat pemerintah provinsi dan kabupaten, juga pemangku kepentingan lain, sesuaikan dengan kondisi di wilayah masing-masing,” ujarnya.

Asisten Deputi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Kemenko PMK Dr Naahli Kelsum mengatakan, dipilihnya Sumut sebagai lokasi pelaksanaan simulasi mengingat pada 2006 lalu, Kabupaten Karo menjadi cluster flu burung pertama dan terbesar di Indonesia.

Provinsi ini juga memiliki dua taman nasional yaitu Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) dan Taman Nasional Batang Gadis (TNBG).

“Kedua taman nasional itu menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati baik flora dan fauna. Provinsi ini juga memiliki posisi strategis, berada di jalur pelayaran Selat Malaka yang berpeluang menjadi penghubung perdagangan international di kawasan Asia Tenggara,” kata Naahli.

Baca juga: Hasil Tes, Itik yang Mati di Cirebon Positif Flu Burung

Kegiatan yang mereka lakukan, lanjut dia, untuk membangun kesiapsiagaan menghadapi bencana non-alam berupa wabah penyakit, khususnya Penyakit Menular Baru (emerging infectious disease)  dan zoonosis menggunakan buku pedoman koordinasi lintas sektor yang telah diluncurkan beberapa waktu lalu di Yogyakarta.

Latihan simulasi table-tob ini merupakan simulasi ke empat dan terakhir. Simulasi sebelumnya dilaksanakan di Bogor, Manado dan Bali pada awal 2018.

“Latihan simulasi di Medan melibatkan perwakilan dari seluruh provinsi di Pulau Sumatera," ujar dia.

Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian drh Fadjar Sumping Tjaturasa mengatakan, pentingnya simulasi diadakan karena perubahan kondisi dunia akibat pertumbuhan populasi manusia dan hewan sangat cepat.

Baca juga: Dua Warga Lampung Diduga Terjangkit Virus Flu Burung

Urbanisasi, penurunan kualitas lingkungan, sistem pertanian dan peternakan yang berubah, serta lalu lintas manusia/hewan/produk hewan telah menyebabkan peningkatan risiko munculnya penyakit infeksi emerging (PIE) yang dapat mengancam keselamatan masyarakat, berdampak ekonomi, dan munculnya gejolak sosial di Indonesia.

"Pencegahan dan penularan penyakit zoonosis harus dimulai dari hulu, atau dari hewannya. Simulasi ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pemerintah Indonesia dalam mencegah, mendeteksi dan mengatasi wabah Penyakit Menular Baru (emerging infectious disease) melalui peningkatan koordinasi multisektoral," kata Fadjar.

Kompas TV Seorang anak berusia 4 tahun di Bali meninggal karena positif flu burung.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com