Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Miris, pada Peringatan Hari Anak Nasional, 30 Anak Harus Putus Sekolah

Kompas.com - 23/07/2018, 19:12 WIB
Idon Tanjung,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

PEKANBARU, KOMPAS.com - Peringatan hari anak nasional jatuh pada hari ini, Senin (23/7/2018) dengan tema 'GENIUS' (Gesit, Empati,, Berani, Unggul dan Sehat).

Namun, hingga saat ini masih banyak ditemukan anak-anak yang mengalami putus sekolah dan menjadi korban kekerasan serta pelecehan seksual. Salah satunya di Provinsi Riau.

Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Riau Ester Yuliani ketika dikonfirmasi Kompas.com mengaku menangani sejumlah kasus yang terjadi terhadap anak.

"Saat ini masih kita temukan anak-anak putus sekolah, anak-anak jadi korban pencabulan dan pelecehan seksual," ujar Ester.

Dia mengatakan, sejak akhir tahun 2017 sampai Juli 2018, LPAI menerima laporan sebanyak 30 orang anak yang mengalami putus sekolah di Riau.

Baca juga: Peringati Hari Anak Nasional, Orangtua dan 36 Siswa SD yang Dikeluarkan Kembali Demo

"Masalah ini terdapat di Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru dan sejumlah daerah lainnya. Dari 30 orang ini, rata-rata memang tidak ada dana untuk sekolah," kata Ester.

Dia menyatakan, faktor penyebab anak putus sekolah yang paling utama adalah ekonomi. Faktor ini cukup memperihatinkan.

"Rata-rata faktor biaya dan karena identitas juga mendominasi," kata Ester.

Terkait identitas, mereka belum memiliki data administrasi kependudukan seperti kartu keluarga (KK) dan akte kelahiran.

Namun, menurut Ester, syarat identitas bisa saja dilakukan dikemudian hari. Sehingga sementara bisa menggunakan surat domisili dari ketua RW tempat mereka tinggal.

Baca juga: Peringatan Hari Anak Nasional, Menteri Yohana Bicara Pentingnya Hukuman Kebiri

"Memang ada yang baru pindah satu minggu dan satu bulan, mereka belum punya KK dan akte kelahiran. Seharusnya pihak sekolah terima dulu mereka dengan surat domisili. Tapi kadang RW gak mau karena beralasan baru pindah," terangnya.

Sehingga, masalah ini menjadi tanggung jawabnya agar anak-anak tersebut bisa bersekolah. Ester mengaku juga akan berkolaborasi dengan dinas pendidikan untuk mencarikan solusinya.

"Kita juga tidak menyalahkan pemerintah. Kami juga sudah mengedukasi orang tuanya agar mengurus administrasi keluarga," imbuhnya.

Ester berjanji akan membantu anak-anak yang putus sekolah ini, sembari mengurus KK dan akte kelahiran.

Baca juga: Ini 3 Harapan Menteri PPPA Sambut Hari Anak Nasional, Semoga Terwujud

Satu hal lagi yang menjadi anak putus sekolah yakni karena nilai rendah. Menurut Ester hal adalah tindakan diskriminasi.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com