Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sayang, Banyak yang Tidak Tahu Jejak Chairil Anwar di Karawang...(1)

Kompas.com - 20/07/2018, 11:27 WIB
Farida Farhan,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

KARAWANG, KOMPAS.com - Mendengar nama Karawang dan Bekasi, tentulah teringat puisi "Karawang-Bekasi" karya Chairil Anwar.

Puisi yang dibuat tahun 1948 itu merekam tragedi pembantaian yang menewaskan ribuan orang di kampung-kampung di Bekasi pada 13 Desember 1945 dan peristiwa Rawagede di karawang pada 9 September 1947.

Chairil menikah dengan Hapsah, gadis asal Karawang, pada 6 Agustus 1946, setelah saling kenal selama tiga bulan. Pada 17 Juni 1947, Chairil bercerai dengan Hapsah saat Evawani, buah hatinya, berumur 10 bulan.

Baca juga: Kisah Soesilo Toer, Adik Pramoedya Ananta Toer yang Bergelar Doktor dan Kini Jadi Pemulung (1)

Sayangnya, tak banyak orang yang tahu jejak-jejak Chairil di Karawang, daerah yang dikenal sebagai Pangkal Perjuangan sekaligus Kota Lumbung Padi.

Siapa sangka, meja yang dulu kerap digunakan pria kelahiran Medan, 26 Juli 1922 itu ketika singgah di Karawang, masih tersimpan apik di kediaman Bubun Suherman di Dusun Anjun Kidul, RT 013 RW 010, Kelurahan Karawang Kulon, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang.

Bubun menyebutkan, meja tulis dengan lemari tempat menyimpan perkakas itu telah dimodifikasi. Meski usianya tak muda lagi, kondisi meja tersebut masih bagus terbuat dari kayu jati dan dicat cokelat.

“Masih asli dan masih bagus,” ujar Bubun menunjukkan meja Chairil.

Bubun sendiri mengaku tidak tahu persis asal usul meja tersebut. Sebab, saat itu dia masih kecil. Pun cerita saat Chairil muda tinggal di rumahnya.

Bubun menyebutkan, rumah orangtuanya, Anim Wiradinata dan Iyar Fatimah, saat itu termasuk kediaman yang paling bagus.

Dia hanya mengetahui cerita si pujangga muda dari cerita kakak dan orangtuanya. 
Sepeninggal orangtuanya, Bubun sendiri yang merawat meja dan rumah yang pernah ditinggali Chairil itu seorang diri. Kebetulan, Bubun memang menggemari barang-barang tua, seperti meja dan lemari.

Separuh rumahnya masih asli. Atap rumah yang terbuat dari bambu dan dinding dari anyaman bampu masih bagus. Hanya separuh rumah sempat direnovasi. Rupanya, dia membiarkan rumah bagian depan tetap utuh agar sejarah dan kenangannya tetap tinggal.

Bersambung ke halaman dua: Kertas yang diremas, kenangan terbaik tentang Chairil Anwar

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com