Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Firsa, Bocah 2 Tahun yang Hidup dengan Dubur Buatan di Perutnya

Kompas.com - 15/07/2018, 20:13 WIB
Junaedi,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com – Bocah Firsa (2) tampak tak bergairah saat ditemui di rumahnya di Dusun Belubu, Desa Puccadi, Kecamatan Luyo, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, Sabtu (15/7/2018).

Firsa lebih banyak menempel di samping ibu atau ayahnya setiap hari saat anak-anak tetangga seusianya sedang asyik bermain.

Bocah yang lahir pada tahun 2016 itu lahir di puskesmas setempat dalam kondisi tidak normal. Dia lahir tanpa lubang dubur atau tempat pembuangan kotoran seperti bocah pada umumnya.

Baca juga: Renovasi Rumah Zohri dan Upaya Menjaga Kenangan Lama Sang Juara

Agar bisa tumbuh normal, dokter yang menangani kelahiran Firsa dua tahun lalu itu terpaksa mengakalinya dengan membuat lubang dubur di bagian perutnya untuk buang kotoran setiap hari.

Kini setelah menginjak usia lebih dari dua tahun terakhir, Firsa terus tumbuh seperti bocah lainnya dengan lubang yang menempel di perutnya.

Kantongan plastik itu dipasang di perut dan diikat dengan kain untuk menampung kotoran. Dia disebut kerap diejek jorok oleh teman-teman sepermainannya.

Baca juga: Renovasi Rumah Zohri dan Upaya Menjaga Kenangan Lama Sang Juara

Kedua orangtuanya pun mulai cemas dengan kondisi anaknya. Orangtua Firsa, Safaruddin (30) dan Asriasi (25), mengaku ingin sekali membawa Firsa ke dokter untuk menjalani operasi pembuatan dubur.

Mereka khawatir, kelainan pada Firsa bisa mempengaruhi kondisi psikologis anaknya, yaitu minder dan tidak percaya diri di kemudian hari.

“Sebagai orangtua tentu berharap anaknya tumbuh normal seperti anak lainnya," ungkapnya saat ditemui di rumahnya.

Baca juga: Jokowi: Saya Minta di Rest Area Jualannya Bukan Kentucky, Diganti Sate dan Soto...

Tahu diri

Hanya saja, Safaruddin tahu diri, jangankan mengongkosi anaknya ke rumah sakit, untuk menghidupi keluarganya sehari-hari saja masih morat-marit sambil berharap uluran tangan keluarga atau sanak tetangganya.

Safaruddin mengaku tidak memiliki pekerjaan tetap. Dia kerap jadi buruh bangunan jika ada tetangga atau kontraktor yang membutuhkan tenaganya. Itu pun tidak rutin setiap hari.

Kondisi keluarganya makin miris setelah Safaruddin mengalami kecelakaan hingga patah tulang kaki beberapa bulan lalu.

Baca juga: Dikuburkan, Ratusan Buaya yang Dibantai Warga di Sorong

Oleh karena itu, mereka kerap menunggu uluran tangan keluarga dan tetangga untuk hidup sehari-hari. Dia juga mengaku tidak mendapat manfaat dari sederet bantuan sosial, mulai dari bantuan PKH, Raskin, hingga bedah rumah.

"Saya selalu berusaha agar bisa dioperasi tapi kondisi saya sebagai buruh bangunan yang tidak menentu (pendapatnya), terus terang tak mampu membawa anak saya dioperasi,” tutur Safaruddin lirih.

Baca juga: Suami Istri Lansia Ngontel Setiap Hari dari Hutan ke Kota Antar Anaknya yang Down Syndrome ke Sekolah

Nia, tetangga keluarga Safaruddin, mengaku prihatin dan miris dengan kehidupan tetangganya itu. Dia membenarkan bahwa para tetangga kerap memberi bantuan ala kadarnya kepada Safaruddin sekeluarga, seperti beras.

“Hidupnya memprihatinkan. Karena tidak bisa bekerja lagi karena mengalami patah tulang dia biasa hidup dari uluran sanak tetangga,” tutur Nia.

Nia juga tak mengerti alasan keluarga ini tidak menerima bantuan sosial. Padahal rumahnya sudah berkali-kali didatangi, bahkan difoto-foto oleh petugas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com