Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebakaran Kapal di Benoa Bali, Api Belum Bisa Dipadamkan

Kompas.com - 10/07/2018, 14:42 WIB
Caroline Damanik

Editor

Sumber Antara

KOMPAS.com - Api yang membakar 40 unit kapal ikan di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali, Senin (9/7/2018), masih belum dapat dipadamkan secara total hingga Selasa (10/7/2018) siang.

Sekitar pukul 12.30 Wita, petugas bersama para warga dan nelayan tampak masih terus berusaha memadamkan api yang tampak masih muncul di sejumlah titik kapal yang terbakar.

Baca juga: 40 Kapal Terbakar di Benoa Bali, Kerugian Ditaksir Capai Rp 125 Miliar

Beni, seorang anak buah kapal (ABK), mengaku, api masih muncul di sejumlah kapal sejak Senin.

"Apinya masih terus muncul di bagian fiber-fiber dan di dekat tangki solar itu sampai sekarang juga sulit untuk dipadamkan total," ujarnya.

Pada Senin sore, sebenarnya api telah terpantau dapat dipadamkan dan hanya tinggal membutuhkan proses pembasahan sehingga sejumlah petugas dari BPBD Kota Denpasar dan BPBD Kabupaten Badung ditarik meninggalkan lokasi.

Namun angin kencang dan posisi sejumlah kapal yang sulit dijangkau untuk dilakukan pembasahan membuat titik-titik api mulai muncul kembali pada Senin malam.

Baca juga: Cerita Pemilik 10 Ular Piton, Biaya Rp 3 Juta Per Bulan hingga Tolak Tawaran Rp 150 Juta untuk Syahrini (2)

Hal tersebut terus membuat sejumlah warga dan ABK yang memadamkan api menggunakan sejumlah kapal pemadam kebakaran dari laut terus berupaya melakukan pemadaman api kembali.

Namun, karena sejumlah faktor, pada Selasa dini hari, api tampak kembali membakar kapal dan menyebabkan kepulan asap berwarna pekat.

Kepala Seksi Keselamatan Berlayar, Penjagaan, dan Patroli Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Benoa, Mustajib, mengatakan, api memang muncul kembali karena kondisi angin yang kencang di kawasan tersebut.

"Proses pemadaman memang membutuhkan waktu yang lama. Sebenarnya, api sudah mulai mereda. Namun, karena cuaca dan angin, jadi api kembali muncul, tapi hal itu tidak begitu mengkhawatirkan, karena kondisi saat ini, sebagian besar badan kapal sudah terbakar," katanya.

Baca juga: Kisah Pengungsi Gunung Agung, antara Hasrat Pulang dan Suara Gemuruh yang Menakutkan (1)

Sejumlah warga dan nelayan berusaha memadamkan api yang masih membakar sejumlah kapal ikan di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali, Selasa (10/7). Hingga Selasa (10/7) dini hari, api masih membakar sejumlah titik terbakarnya 40 unit kapal nelayan yang terjadi sejak Senin (9/7) pukul 02.00 Wita yang diperkirakan menimbulkan kerugian mencapai Rp120 milliar tersebut.ANTARA FOTO/Fikri Yusuf Sejumlah warga dan nelayan berusaha memadamkan api yang masih membakar sejumlah kapal ikan di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali, Selasa (10/7). Hingga Selasa (10/7) dini hari, api masih membakar sejumlah titik terbakarnya 40 unit kapal nelayan yang terjadi sejak Senin (9/7) pukul 02.00 Wita yang diperkirakan menimbulkan kerugian mencapai Rp120 milliar tersebut.

Selain kondisi alam, dia menuturkan, posisi kapal yang berada cukup jauh dari kawasan dermaga membuat upaya pemadaman menjadi lebih sulit karena pihaknya harus menggunakan kapal-kapal pemadam api untuk dapat menjangkau posisi kapal yang terbakar itu.

Sebelumnya, Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan, BPBD Kota Denpasar, IB Yoga, menjelaskan ada sejumlah faktor penyebab kebakaran kapal di Pelabuhan Benoa itu sulit untuk dipadamkan.

"Salah satu kendalanya, kami disini sulit untuk pengisian air atau 'fire hydrant' pada mobil pemadam kebakaran. Tidak ada satu kran air pun yang posisinya siap digunakan setiap saat. Semestinya setiap 50 meter harus ada. Jadi itu menghambat mobilisasi kami," ujarnya.

Baca juga: Ibu Hamil dan Anak Balitanya yang Berbagi Pelampung Saat Kapal Tenggelam Ditemukan Tewas

Dia menambahkan, posisi antar-kapal yang terlalu rapat juga merupakan salah satu penyebab api terus merambat dan membesar sehingga sulit untuk dipadamkan.

"Pemilik kapal harus memperhatikan manajemen sandar kapal. Kapal seharusnya diposisikan sedemikian rupa agar jika terjadi keadaan darurat ada akses untuk pergeseran kapal," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com