Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluarga Korban Kapal Karam: Semoga Kami Sabar Menunggu Ketidakpastian

Kompas.com - 25/06/2018, 14:25 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha,
Farid Assifa

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Selepas isya, rumah Sugrito (60) di Dusun II Gang Srikandi, Desa Mekarsari, Kecamatan Delitua, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara, ramai didatangi orang.

Hujan ringan yang turun tak membuat kursi-kursi yang disediakan kosong. Bahkan banyak yang akhirnya duduk mengemper. Mereka berkumpul untuk melakukan doa bersama.

Rumah Sugrito menjadi tempat berkumpulnya anak-anak lintas komunitas, termasuk Komunitas Ucok Butet Bersaudara Jalan-jalan.

Tujuh dari anggota komunitas tersebut menjadi korban tenggelamnya Kapal Motor (KM) Sinar Bangun pada Senin (18/6/2018) petang lalu.

Sampai hari ke delapan ini, tak satupun keluarga yang ditinggalkan mendapatkan kabar pasti. Mereka masih menunggu sambil menggantungkan harapan bahwa para korban akan kembali pulang dan berkumpul kembali dengan sanak keluarganya.

"Kami sekeluarga mengharapkan masih diberi kesempatan, keselamatan atas anak kami. Seandainya pun kehendak berkata lain, kami ikhlas. Kami juga memohon, amal ibadah anak kami diterima, dan ditempatkan mereka di sisi yang sebaik-baiknya di hadapan Allah," kata salah satu perwakilan keluarga, Minggu (24/6/2018) malam.

"Semoga kami diberi ketabahan menghadapi musibah ini, sabar menunggu ketidakpastian," sambungnya dengan raut sendu.

Baca juga: Basarnas Analisa Objek Diduga Bangkai KM Sinar Bangun di Danau Toba

Selanjutnya perwakilan Ikatan Pemuda Karya (IPK) Kecamatan Delitua diminta memberikan kata sambutannya. Seorang pria menggunakan ikat kepala warna cokelat berdiri. Tapi suaranya parau menahan duka, dia tidak mau berlama-lama cakap.

"Empat kader terbaik kami hilang, yang kami harapkan sama-samalah kita berdoa agar dapat menemukan jasad dari adik dan anggota kami ini. Saya tidak bisa berpanjang kalam, cukup sedih saya," katanya mengakhiri.

Kepala Lingkungan Dusun II, Suhendra membenarkan beberapa warganya hilang saat berwisata ke Danau Toba.

Katanya, semua usaha sudah dilakukan, namun Tuhan belum berkehendak. Lalu dia bersama tokoh masyarakat dan lintas komunitas berinisiatif menggelar doa bersama untuk para korban yang belum ditemukan.

"Saya berharap, para orangtua korban selalu sabar, tabah dan tawakal menghadapi cobaan. Semua ini ada hikmahnya. Saya mewakili pemerintahan Desa Mekarsari mengucapkan turut prihatin, terus terang kami tidak dapat berbuat apa-apa," ucapnya

Diberi tausiyah

Ustaz Syamsudin dalam tausiahnya mengatakan, takdir Allah tidak ada yang buruk. Hanya pandangan manusia saja bahwa mendapat musibah itu tidak mengenakkan, masalah, buruk dan tidak baik.

Takdir terbagi dua, yaitu takdir yang bisa diubah dan tidak bisa diubah. Doa Nabi Muhammad SAW makbul, tapi Nabi tidak bisa menolak apa yang sudah ditentukan Allah.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com