JAKARTA, KOMPAS.com – Suka duka mewarnai perjalanan yang dilalui tenaga kesehatan yang bertugas di pedalaman, termasuk Tim Nusantara Sehat Distrik Ninati, Boven Digoel, Papua.
Mereka bersuka karena bisa berbagi manfaat dengan warga di pedalaman. Di sisi lain, rindu bertemu keluarga juga harus dipendam.
Dua tenaga kesehatan yang tergabung dalam Tim Nusantara Sehat di Distrik Papua, dr. Amalia Usmaianti (dokter umum) dan Wahid Sabaan (apoteker) menceritakan pengalamannya kepada Kompas.com.
Distrik tempat mereka bertugas berbatasan langsung dengan Papua Niugini di sebelah timur dengan segala macam keterbatasannya.
Jalan tak beraspal, sinyal, aliran listrik dan air, pasar, dan sebagainya. Ninati terletak di antara lebatnya hutan Papua.
Baca juga: Foto-fotonya Bertugas di Pedalaman Papua Viral, Ini Kisah Dokter Amalia
Di sana, tim yang terdiri dari 7 tenaga kesehatan ini harus melayani masyarakat dari 5 kampung di Distrik Ninati yang masing-masing harus ditempuh dengan berjalan kaki.
Jalanan yang berupa tanah liat sulit dilewati bila hujan tiba, sebuah truk yang mengangkut bahan bakar dari kabupaten bahkan sempat terguling di jalanan itu.
“Salah satu mobil yang membawa bahan bakar minyak dari kabupaten terguling ditengah jalan, sehingga seluruh muatan ikut tertunpah di badan jalan,” kata Wahid.
Pengalaman di pedalaman
Banyak hal yang dirasakan para tenaga kesehatan di pedalaman.
“Setahun ini, ikan kalengan, mie instan, dan beras Bulog makanan utamanya. Sedih kalau masyarakat enggak ke hutan, enggak ada yang anterin (barter) sayur dan ikan,” kata Amalia, saat berbincang dengan Kompas.com, Kamis (21/6/2018).
Untuk mengatasi hal tersebut, Amalia dan teman-temannya menanam kangkung di sekitar tempat tinggalnya.
Baca juga: Kisah Tenaga Kesehatan di Pedalaman, Imunisasi Bayi di Tengah Hutan
Namun, tidak bisa dipanen setiap hari.
“Masak pake kayu bakar, mata sampai merah-merah. Kalau dapet kayu bakar enggak kering, saya masak dari jam 6 sampai jam 9 pagi, niupin api terus sampai suara serak,” kisah Amalia.