Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Penjaga Lintasan Kereta Tak Berpalang Pintu di Kendal

Kompas.com - 11/06/2018, 12:38 WIB
Slamet Priyatin,
Reni Susanti

Tim Redaksi

KENDAL, KOMPAS.com - Tukiman (53), berdiri sambil membawa kain kecil berwarna merah yang diikatkan di sebatang kayu kecil. Ia tidak memperdulikan teriknya matahari.

Petugas penjaga lintasan kereta tak berpalang pintu tersebut, memberi kode kepada pengendara yang akan lewat di lintasan kereta di Jalan Srogo Brangsong, Kendal, Jawa Tengah.

Ia memberi kode agar kendaraan berhenti karea kereta mau lewat. Setelah kereta lewat, warga Dukuh Kersan Brangsong Kendal ini memperbolehkan kendaraan kembali jalan.

“Saya mulai jaga di sini sejak 8 Juni kemarin,” kata Tukiman, Senin (11/6/2018).

Baca juga: Viral Video Kendaraan Pemudik Mogok Lewati Tanjakan 50 Derajat di Tol Salatiga-Kartasura

Bapak beranak satu itu kemudian memperbaiki tenda kecil dari plastik yang ia buat untuk istirahat.

Tapi hanya sebentar. Sebab tak lama kemudian, ia berdiri lagi di tengah jalan untuk menghentikan kendaraan yang mau lewat.

Ia melihat dari jauh, ada kereta yang mau lewat. Setelah kereta lewat, ia pun mempersilakan pengguna jalan untuk lewat.

“Saya harus jeli melihat kiri dan kanan kereta. Ada kereta yang mau lewat atau tidak,” ujarnya.

Sambil duduk di kursi terbuat dari bambu, Tukiman bercerita kalau dirinya sudah 5 tahun berjaga di lintasan kereta api yang tak berpalang pintu, mulai H-7 hingga H + 7 Lebaran.

Waktu jaganya, dimulai pukul 06.00-14.00 WIB.  Setelah itu diganti oleh pamannya, yang berjaga hingga pukul 22.00 WIB.

“Kalau dulu saya dikasih honor Rp 50.000 oleh Dinas Perhubungan. Tapi sekarang belum tahu, karena belum menerimanya,” akunya.

Baca juga: H-5 Lebaran, Jumlah Pemudik Kereta Api di Madiun Capai 53.794 Orang

Pria yang tidak mempunyai pekerjaan tetap tersebut mengaku menerima pekerjaan berat tersebut, karena rasa kemanusiaan.

Ia ingin menyelamatkan pengendara supaya tidak tertabrak kereta. Sebab lintasan kereta api di Srogo ini tidak berpalang pintu dan beberapa kali terjadi tabrakan yang membawa korban jiwa.

“Saya ini sebenarnya bukan menjaga pengendara yang mau lewat supaya aman, bukan menjaga kereta apinya,” tambahnya.

Sebelum menjaga lintasan kereta api di Srogo, sang paman pernah berpesan, supaya dirinya ikhlas dan tegas saat berjaga. Sebab tanggung jawabnya besar.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com