Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Bocah Peraih Prestasi Internasional, di Malaysia Tidur di Rumah TKI karena Kekurangan Uang

Kompas.com - 07/06/2018, 12:42 WIB
Kontributor Jember, Ahmad Winarno,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BONDOWOSO, KOMPAS.com - Meski usianya masih tergolong anak di bawah lima tahun balita, namun Muhammad Dyo Hendika Syahputra (4), warga Desa Koncer Kidul, Kecamatan Tenggarang, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, berhasil meraih prestasi internasional dalam kejuaran push bike di Malaysia beberapa waktu lalu.

Dyo berhasil meraih juara 1 untuk kategori anak- anak dalam olahraga tersebut.

Orangtua Dyo, Hendro Widodo, menceritakan, bakat yang dimiliki oleh anaknya itu mulai terlihat saat usia tiga tahun.

“Waktu itu anak saya suka sekali naik sepeda, dan lama kelamaan kok sukanya naik sepeda yang tidak pedalnya,” kenang Hendro, Kamis (7/6/2018).

Dia pun memutuskan untuk terus melatih bakat yang dimiliki anaknya tersebut.

“Saya latih sendiri, kebetulan saya juga pernah turun di dunia balap motor, seperti road race. Alhamdulillah, lama kelamaan, bakatnya (Dyo) semakin terasah,” tambahnya.

Akhirnya, pada bulan Mei Tahun 2017 silam, Dyo mulai ikut kompetisi tingkat nasional di Sleman, Yogyakarta.

“Alhamdulillah, saat itu Dyo meraih juara tiga untuk kategori usia 4 tahun. Dua bulan berikutnya, bulan Juni 2017, Dyo ikut event Internasional Strider Cup di Bali. Dan, waktu itu, Dyo berhasil meraih juara satu,” ungkap Hendro.

Baca juga: 70 Santri Berprestasi Disebar hingga ke Amerika Selama Ramadhan

Puncaknya, lanjut Hendro, pada Bulan Oktober tahun 2017 lalu, Dyo mengikuti kejuaraan internasional di Malaysia, dan saat itu dia keluar sebagai juara satu, untuk kategori usia 4 tahun.

“Alhamdulillah, di luar dugaan saya, Dyo jadi juara pertama saat itu,” kenangnya.

Sebelum berangkat mengikuti kejuaraan di Malaysia, Hendro mengaku sempat mengalami kendala, terutama saat berangkat dan selama mengikuti kejuaraan di Malaysia.

“Waktu itu saya bingung yang mau berangkat, akhirnya saya minta bantuan ke mana-mana. Alhamdulillah, waktu itu dibantu Pak Bupati, KONI Bondowoso, Pak Irwan, dan sejumlah donatur. Waktu berangkat saya bawa uang Rp 6 juta,” katanya.

Namun, begitu tiba di Malaysia, ternyata uang yang dia bawa tidak cukup untuk mengikuti kejuaraan selama satu minggu.

“Ya, kalau sudah kejuaraan, sehari semalam minimal habis Rp 1,5 juta. Belum lagi ditambah dengan transportasinya. Akhirnya waktu di Malaysia, saya tidak menginap di hotel, saya nginep di kontrakan TKI asal Bondowoso yang ada di Malaysia,” tambahnya.

Meski demikian, Hendro mengaku tidak putus asa, karena justru dengan kondisi yang serba terbatas itulah, dia terpacu untuk lebih berprestasi.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com