Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi "Selikuran" di Masjid Kuno di Kaki Gunung Sumbing Magelang

Kompas.com - 05/06/2018, 22:43 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana,
Farid Assifa

Tim Redaksi

MAGELANG, KOMPAS.com - Masjid Jami Baitul Muttaqin di Dusun Sengon Trasan, Desa Trasan, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang, menjadi salah satu masjid favorit bagi kaum muslim di sekitarnya untuk beriktikaf (berdoa) di bulan Ramadhan ini.

Seperti terlihat pada Selasa (5/6/2018), ratusan warga sudah memadati masjid di kaki Gunung Sumbing ini sejak siang.

Mereka hendak mengikuti selikuran, yakni tradisi beriktikaf setiap malam tanggal 21 bulan Ramadhan.

Tidak ada yang tahu sejak kapan tradisi ini dimulai. Masyarakat hanya tahu tradisi ini ada secara turun temurun di masjid kuno ini hingga sekarang. Hal ini diungkapkan sesepuh Desa Trasan Thoyib (91).

"Sejak saya kecil sudah ada (tradisi selikuran) ini, setiap malam tanggal 21 Ramadhan, warga banyak yang datang untuk iktikaf di sini," kata Thoyib, Selasa (5/6/2018).

Warga yang datang tidak hanya dari desa setempat, akan tetapi juga luar kota. Tidak heran jika jemaah membeludak sampai halaman masjid, jalanan sampai rumah-rumah warga di sekitarnya.

Baca juga: 5 Tradisi Unik Ramadhan di Nusantara

Menurut Thoyib, tradisi selikuran dilakukan untuk menyambut lailatul qadar atau malam penuh berkah dan memiliki faedah jauh lebih baik dari ibadah seribu bulan sehingga masyarakat berlomba-lomba untuk memperbanyak ibadah.

"Dahulu tidak sebanyak ini jemaahnya, semakin lama semakin banyak yang iktikaf di masjid ini," katanya.

Tradisi ini pun dimanfaatkan warga sekitarnya untuk mencoba peruntungan dengan menjual beragam kebutuhan jemaah, mulai dari pakaian, mukena, sarung, tasbih, aksesoris, makanan, minuman dan sebagainya.

Para pedagang ini pun tidak hanya datang berjualan akan tetapi juga ikut beribadah dan berharap berkah dari tradisi selikuran ini. Meraka rela tidak tidur hingga esok hari.

Masjid kuno

Berdasarkan cerita masyarakat setempat, masjid Jami Baitul Muttaqin diperkirakan sudah ada sejak sekitar tahun 1773 masehi. Masjid yang didominasi warna hijau ini diyakini menjadi masjid tertua ketiga di Magelang setelah Masjid Agung Kauman Kota Magelang dan Masjid Agung Payaman Kabupaten Magelang.

"Karena masjid ini kuno dan unik yang jadi daya tarik warga untuk datang ke sini," ucap Thoyib dalam Bahasa Jawa.

Masjid ini memang terlihat sederhana dibanding masjid era sekarang. Menggunakan gaya arsitektur dan bahan bangunan yang hampir sama dengan Masjid Agung Payaman dan Masjid Agung Kauman Kota Magelang.

"Masjid Jami Trasan ini memiliki luas bangunan 15x15 meter dengan seluruh kayunya menggunakan kayu jati," imbuh Thoyib.

Ciri khas masjid ini terletak pada pemakaian 16 sokoguru atau tiang penyangga masjid. Hal ini berbeda dengan masjid lainnya yang biasanya hanya memiliki empat tiang. Empat tiang di tengah merupakan sokoguru dengan tinggi 7-8 meter dan 12 tiang lain sekitar 2,5 meter.

Tiang-tiang tersebut berdiri dengan pola tertentu sehingga membentuk semacam ruangan atau bilik. Setiap "bilik" memiliki nama tersendiri. Masyarakat meyakini setiap bilik mempunyai manfaat masing-masing. Bahkan konon ada "bilik" tempat berdoa untuk meraih jabatan tertentu.

Baca juga: Tradisi Unik Ngabuburit di Madiun, Nonton Kereta Lewat

Pola dan rangkaian kayu jati ini membuat bentuk Masjid Jami Trasan menyerupai bentuk kapal kayu raksasa. Konon nama Desa Trasan ini sendiri mengandung makna terusan Demak.

"Nama Trasan bisa diartikan kalau masjid ini dipengaruhi oleh masjid di Demak, dari gaya artistekturnya dan lainnya," ujarnya.

Kompas TV Di tengah kesulitan yang mendera kaum dhuafa, ada satu kebaikan yang disebarkan oleh seorang mualaf bernama Muhamad Jusuf Hamka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com