Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hiperkes Teliti Kualitas Udara di Sekitar Gunung Merapi

Kompas.com - 25/05/2018, 05:18 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana,
Reni Susanti

Tim Redaksi

MAGELANG, KOMPAS.com - Balai Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes) Yogyakarta memantau kualitas udara ambien di dua pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) di Kabupaten Magelang, Kamis (24/5/2018).

Kedua PGM itu yakni PGM Ngepos, Kecamatan Srumbung dan PGM Babadan, Kecamatan Dukun.

Pengamatan dilakukan menyusul peningkatan aktivitas Gunung Merapi sepekan terakhir yang berdampak hujan abu dan pasir di wilayah sekitarnya.

Kepala Balai Hiperkes Yogyakarta, Endang Siwi Ediningsing, menjelaskan udara ambien adalah udara yang sehari-hari dihirup makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan.

Baca juga: Juru Kunci Imbau Masyarakat di Sekitar Lereng Merapi untuk Waspada

"Kami monitoring kualitas udara ambien di dua titik, di PGM Ngepos dan Babadan," ujar Endang di PGM Ngepos, Kamis.

Endang bersama timnya mengambil sampel udara di dua titik tersebut menggunakan alat khusus masing-masing selama satu jam.

Selanjutnya sampel udara akan diteliti di laboratorium Balai Hiperkes di Yogyakarta.

"Sampel udara yang sudah diambil nantinya akan dianalisa, diteliti di laboratorium. Hasilnya kira-kira akan diketahui dalam dua hari ke depan," jelas Endang.

Menurutnya, pemantauan ini penting untuk mengetahui apakah udara ambien di sekitar Gunung Merapi saat ini layak atau tidak.

"Kami mempunyai tanggung jawab juga untuk memastikan kualitas udara ambien sehingga kami ikut memonitor," ujarnya.

Abu Merapi Diteliti

Selain udara, abu dan material tempra yang terlontar dari puncak Gunung Merapi bersamaan dengan letusan juga diteliti oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta.

"Ini wajib kita ambil untuk mengetahui komposisi material letusan Gunung Merapi," kata petugas BPPTKG, Raditya Putra.

Menurutnya, penelitian ini juga untuk mengetahui apakah material yang keluar merupakan material lama atau baru. Sehingga dapat disimpulkan jenis letusan Gunung Merapi yang terjadi.

Sampel abu diambil dari PGM Ngepos dan Babadan sejak letusan freatik, 11 Mei 2018.

Baca juga: Berkunjung ke Yogyakarta saat Erupsi Merapi, Bawa 5 Barang Ini

"Hasilnya untuk mengetahui jenis letusan Gunung Merapi. Juga untuk mengetahui apakah abu yang turun ini merupakan material baru atau lama. Kalau baru abunya akan nampak lebih segar. Kita akan teliti nanti," paparnya. 

Kompas TV Sempat terdengar beberapa kali gemuruh dari wilayah Kaliurang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com