Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keikhlasan "Pak Selamet Pagi" Urai Kemacetan di Trans Sulawesi

Kompas.com - 24/05/2018, 10:08 WIB
Junaedi,
Reni Susanti

Tim Redaksi

POLEWALI MANDAR,KOMPAS.com – Pria ini dikenal dengan nama "Pak Selamet Pagi". Setiap hari, terutama menjelang puncak kemacetan arus lalulintas ia berada di Jalan Trans Sulawesi

Tepatnya di perempatan Pasar Wonomulyo, Polewali Mandar. Ia kerap menarik perhatian pengguna jalan karena penampilannya yang unik. 

Ia mengenakan seragam pramuka, helm standar, dan peluit. Sekilas ia mirip personel polisi lalu lintas yang tengah mengurai kemacetan sepanjang dua kilometer, Rabu (23/5/2018).

Pak Selamet terkenal giat. Ia tak perduli apakah warga atau pengendara yang ia bantu lepas dari jebakan kemacetan memberinya uang tips atau tidak.

Baca juga: Kronologi Penyebaran Meme Rizieq Shihab hingga Anggota DPRD Dihajar Massa

Dia hanya fokus mengatur pengendara agar kemacetan cepat terurai. Namun siapa yang menyangka jika ia mengalami gangguan kejiwaan.

Terlepas dari kondisi kejiwaannya, Pak Selamet sangat berjasa. Warga sekitar maupun pengguna jalan sangat terbantu Pak Selamet. 

Ia tak hanya membantu mengurai kemacetan, ia juga membantu anak sekolah, pejalan kaki, yang hendak menyebrang. 

“Setiap hari mulai pagi hingga sore dia mengatur kemacetan arus lalulintas di sini. Dia sangat membantu warga terutama pejalan kaki atau pengendara yang hendak memotong jalan,” jelas Asri, warga setempat.

Asri mengatakan, petugas lalulintas kerap terlambat atau hanya bertugas pada jam-jam tertentu saja. Akibatnya kawasan tersebut kerap macet panjang. 

Baca juga: Suara Beduk di Rimba Belantara Itu Hanya Muncul Saat Ramadhan

Apalagi traffic light di daerah itu sudah lama tidak berfungsi. Namun tidak ada upaya perbaikan dari pemerintah. 

Seperti pantauan Kompas.com, Rabu (23/5/2018) dan Kamis (24/5/2018) pagi, entrean kendaraan terjadi hingga 2 kilometer dari dua arah. 

Bukan nama sebenarnya

Nama Pak Selamet Pagi bukan nama sebenarnya. Nama itu tiba-tiba saja melekat pada dirinya. 

Sebelum berprofesi sebagai pengatur lalulintas, ia menjadi pengemis yang mengandalkan belas kasih dari satu pedagang ke pedagang lainnya di Pasar Wonomulyo.

Caranya yang santun menyapa warga atau pedagang dengan ucapan “selamet pagi atau slamet sore" membuatnya populer dengan nama itu di kalangan pedagang Pasar Wonomulyo.

Setelah beralih profesi sebagai juru lalulintas di perempatan jalan Pasar Wonomulyo beberapa tahun terakhir, nama itu tetap melekat kepada dirinya. 

Kompas TV Berikut amalan sunah Rasul bersama Jurnalis KompasTV Feliciano Haryanto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com