Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Warga Gorontalo: Mandi Rempah Menyambut Ramadhan

Kompas.com - 19/05/2018, 19:00 WIB
Rosyid A Azhar ,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.com – Bau harum limu tutu (jeruk purut) sejenak menebar ke seluruh ruang dapur setelah pisau tajam Martin Ali (63) membelah menjadi dua buah ini.

Tak berapa lama kemudian, tangan Martin Ali  dengan cekatan merajang daun pandan, limu tutu, onumo (nilam), baramukusu (sereh), daun ulu-ulu (sejenis kemangi berwarna coklat), dan daun alawahu (kunyit).

Wanita pensiunan Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo ini lalu mencampur semua rajangan daun dengan parutan kelapa dalam satu belanga. Aroma aneka rempah-rempah terasa harum di tengah hari yang mulai memanas.

Awaluddin, anak Martin kemudian membawakan bara tempurung dan memasukkannya ke dalam belanga yang berisi campuran rempah, segera ia menutup rapat-rapat belanga ini.

Tidak lama kemudian onggokan bara tempurung yang panas ditambahkan, berulang kali dilakukan hingga aroma rajangan daun makin menggoda penciuman yang ada di dalam rumah ini.

Baca juga: Sambut Penjelajah Hutan, Mandi Rempah Tradisional Akan Hadir di Lombongo

“Setiap tahun saya selalu membuat ramuan ini, kami biasa menyebutnya dengan nama Bongo Yiladu. Ramuan ini kami gunakan untuk mencuci rambut atau keramas menjelang bulan Ramadhan,” kata Martin Ali, warga Desa Huntu Selatan, Kecamatan Tapa, Kabupaten Bone Bolango, Sabtu (19/5/2018).

Keterampilan Martin Ali membuat ramuan ini didapat dari leluhurnya, ia mewarisi dari bapak ibunya, Ali Pu’o dan Aisyah Ilonunu, juga dari kakek neneknya, Imrana Ilonunu dan Apipa Madina. 

Martin ali mengaku, ia selalu ingat pesan ibunya untuk menjaga dan meneruskan tradisi baik warisan leluhur, salah satunya adalah Bongo Yiladu.

Ia mengisahkan masa kanak-kanaknya yang menyenangkan hidup di desa, salah satunya saat menghadapi bulan Ramadan.

Bersama saudara-saudaranya, Ramadhan adalah bulan penuh warna-warni. Berbagai kebiasaan dilakukan pada awal bulan ini, Bongo Yiladu, Langgilo dan Bada’a.

Sebagaimana gadis Gorontalo lainnya, Martin Ali selalu pengajaran dan nasihat dari orang tua untuk taat beribadah dan menjalankan puasa Ramadhan. Pada bulan ini segala amal kebaikan akan dilipatgandakan, ini bulan spesial, bulan penuh barokah.

Baca juga: Selama Ramadhan, Operasional Tempat Hiburan Malam Dibatasi

“Sejak dulu tanah Gorontalo sudah dikenal sebagai daerah budaya yang memiliki semboyan Adati lo hula-hula to syaraa, syaraa lo hula-hula to quruani atau adat bersendikan syara, syara bersendikan Al-Quran,” jelas Martin Ali.

Karena dianggap bulan khusus, maka masyarakat Gorontalo menyambutnya dengan khusus pula. Sedari awal mereka sudah menyiapkan semua hal yang terkait dengan bulan Ramadan, baju, sarung, sprei, cipu (mukena), harus suci, bersih dan harum.

“Bongo yiladu inilah kami siapkan untuk mencuci rambut agar bersih dan harum sepanjang hari,” ujar Martin Ali.

Jika tidak melakukan prosesi bongo yiladu, orang-orang tua mencemooh gadisnya dengan sebagai orang yang mencuci rambut dengan darah babi.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com