YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Sosial Idrus Marham meminta masyarakat Indonesia untuk siaga dalam menghadapi bencana.
Prinsip penanganan harus menyeluruh tidak bisa sepotong-potong, dimulai dari tanggap darurat hingga penataan.
Penanganan bencana harus berkesinambungan, meski tidak ada bencana harus siap siaga.
"Tetap harus siap siaga dan berkesinambungan," katanya dalam kunjungan ke desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, Sabtu (12/5/2018).
Baca juga: Letusan Freatik Merapi Kemarin Sama dengan Letusan Tahun 1933
Ia mengatakan, sudah terjadi ribuan bencana di tahun 2017 dan ratusan bencana sepanjang tahun 2018.
"Indonesia rawan bencana. Sepanjang 2017 kita bencana di seluruh Indonesia ada 2163 kali dengan 264 orang meninggal. Tahun 2018 terjadi 946 kali bencana meninggal 101 orang," ucapnya.
Sehingga, penanganan bencana, sesuai arahan Presiden Jokowi, harus diubah.
Dulu penanganan setelah terjadi bencana sehingga penanganan tidak maksimal. Saat ini, harus ada inventarisasi daerah rawan bencana sehingga masyarakat siap saat bencana datang.
Baca juga: Warga Gotong Royong Bersihkan Abu Vulkanik Pasca-erupsi Merapi
"Sesuai arahan bapak presiden, setiap menangani bencana harus terpadu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana tidak bisa sendirian, Kementerian Sosial tidak bisa sendirian, Kementrian Kesehatan, TNI-Polri, Pemda, tidak bisa sendirian. Kita harus satu kesatuan, kita harus keroyokan," tegasnya.
Dia mencontohkan, peristiwa bencana seperti di Yogyakarta telah memunculkan kesadaran masyarakat, salah satunya keberadaan Kampung Siaga Bencana di Desa Umbulharjo, yang langsung bergerak tanpa dikomando ketika menangani meletusnya Gunung Merapi.
Baca juga: Obyek Wisata di Taman Nasional Gunung Merapi Ditutup Pasca-erupsi Freatik
Kementerian Sosial juga memberikan bantuan kepada Kampung Siaga ini. Menurut Idrus, bantuan itu dibutuhkan mengantisipasi jika terjadi bencana.
Wujud bantuan yang diberikan diantaranya 30 paket lauk pauk, 62 paket selimut, 50 paket tenda gulung, dan 500 paket masker.