Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terinspirasi Soe Hok Gie, Bima Arya-Dedie Rachim Jajal Gunung Gede Pangrango

Kompas.com - 11/05/2018, 06:40 WIB
Ramdhan Triyadi Bempah,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto-Dedie Rachim, mampu menginjakkan kakinya di puncak Gunung Gede dalam sebuah ekspedisi pendakian bersama sejumlah relawan pendukungnya.

Di sela kesibukannya berkampanye dalam Pilkada Kota Bogor, Bima-Dedie menyempatkan diri untuk lebih dekat dengan alam, salah satunya mendaki gunung.

Pendakian menuju Gunung Gede dilakukan keduanya pada Selasa (8/5/2018). Dengan mengambil rute dari Gunung Putri, Cipanas, Kabupaten Cianjur, keduanya berhasil menuju puncak dalam waktu 3,5 jam perjalanan.

Dalam komunitas pendaki profesional, jalur Gunung Putri memang dikenal lebih terjal jika dibandingkan dengan jalur Cibodas. Walau berat, jalur itu disebut sebagai rute paling dekat menuju Alun Suryakancana.

Bagi Bima-Dedie, pendakian tersebut memiliki pesan dan kesan tersendiri. Terinspirasi dari sosok aktivis keturunan Tionghoa, Soe Hok Gie, mereka kemudian sepakat untuk menaklukkan gunung tersebut.

"Inspirasinya dari Soe Hok Gie, seorang aktivis sekaligus pencinta alam. Salah satu gunung favoritnya adalah Gunung Gede Pangrango. Bahkan, salah satu puisinya bercerita mengenai Lembah Mandalawangi di gunung tersebut," ungkap Bima saat ditemui di posko pemenangan Badra (Bima Arya-Dedie Rachim), Kamis (10/5/2018).

Baca juga : Petugas TNGGP Amankan Belasan Pendaki Ilegal Gunung Gede Pangrango

Bima menceritakan, pendakian dimulai dengan menyusuri ladang sayur milik warga sekitar. Hawa segar dan sunyi, sambungnya, mulai terasa saat memasuki area hutan

Dirinya melanjutkan, tim harus melalui empat pos untuk menuju Alun Suryakancana, sebelum akhirnya mendaki lagi untuk mencapai titik puncak Gunung Gede.

Trek bebatuan yang licin hingga jalur dengan kemiringan 60-70 derajat harus mereka lewati. Pos demi pos pun dilalui, mulai dari Legok Leunca, Buntut Lutung, Lawang Seketeng, Simpang Maleber, hingga pada akhirnya tiba di tempat favorit pendaki, Alun Suryakancana.

"Saya takjub ketika sampai di Alun Suryakancana. Seperti berada di dunia lain, dunia yang berbeda. Indahnya luar biasa. Tidak bisa terucap oleh kata," kata Bima.

"Di sana saya banyak belajar, bagaimana para pendaki gunung itu begitu terampil bekerja sama, saling menolong, saling mendorong, berbagi. Mereka ramah, menegur satu sama lain, saling menyemangati. Ketika kami naik, disemangati oleh yang turun. Begitu pun sebaliknya,” tambahnya.

Lanjut Bima, usai beristirahat, pendakian dilanjutkan menuju puncak Gunung Gede dengan waktu tempuh sekitar 40 menit dari Suryakancana.

Ketika sampai di puncak gunung dengan ketinggian 2.958 mdpl, ia mengaku takjub dengan panorama alam dan bau kawah yang menusuk hidung.

“Naik Gunung Gede kemarin itu ada tiga maknanya. Pertama, hasil tidak pernah mengingkari proses. Semua ada perjuangannya. Jadi, tidak ada jalan pintas menuju puncak. Tidak ada jalan singkat menuju ke atas. Ini pesan untuk anak muda dan semuanya, tidak ada yang dadakan,” sebut dia.

Kedua, mendaki itu seperti mencintai. Bukan puncak gunung yang ditaklukan, tapi ego diri sendiri.

“Mendaki gunung itu belajar berdamai dengan hati. Bukan menaklukkan yang dicintai, tapi berusaha memahami yang dicintai. Bogor pun begitu. Mencintai Kota Bogor berarti memahami diri kita. Apa yang kita bisa berikan untuk Kota Bogor,” tuturnya.

Baca juga : Asma Kambuh, Pendaki Gunung Gede Pangrango Dipulangkan dengan Ambulans

Yang ketiga, bagi Bima, mendaki itu sebagai simbol bahwa seorang pemimpin itu harus memiliki fisik yang prima.

“Karena persoalan itu lebih banyak di lapangan. Jadi, kita harus lebih banyak di lapangan dari pada dibalik meja. Lahir batin harus prima. Bukan hanya walikota, tapi kepala dinas, camat, lurah, fisiknya harus prima," pungkasnya.

Kompas TV Setelah 3 hari hilang, pendaki yang terpisah dengan rombongannya di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, akhirnya ditemukan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com