Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belasan Tahun Digaji Rp 100.000 Per Bulan, Perawat di Polewali Mandar Unjuk Rasa

Kompas.com - 08/05/2018, 09:55 WIB
Junaedi,
Farid Assifa

Tim Redaksi

POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com – Ratusan perawat honorer dari setiap puskesmas dan rumah sakit di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, mengadukan nasib mereka ke DPRD setempat, Senin (7/5/2018).

Para perawat yang tergabung dalam Gerakan Aksi Solidaritas Seluruh Perawat Honorer ini mengeluh karena selama belasan tahun bekerja profesional sebagai perawat dengan beban kerja 12 jam per hari, mereka hanya diberi upah Rp 100.000 per bulan bahkan kurang.

Para perawat yang sebagian bekerja di desa terpencil ini mengaku meninggalkan tempat kerja mereka sejak subuh hari, sambil berboncengan motor ke kota Polewali Mandar, agar mereka bisa ikut menyuarakan aspirasi mereka bersama rekan seprofesinya.

Setelah menempuh perjalanan jauh, selama 2-3 jam dari desa atau puskesmas tempat mereka mengabdi, mereka berkumpul di lapangan Pancasila Polewali Mandar. Mereka kemudian berkonvoi untuk menyampaikan aspirasinya ke kantor DPRD Polewali Mandar, Senin siang tadi.

Tiba di halaman kantor DPRD Polewali Mandar, para perawat ini langsung menggelar orasi untuk menyampaikan sejumlah tuntutan mereka.

Para perawat ini mengaku bertahan hidup menekuni profesinya sebagai perawat dengan harapan kelak ia bisa mengubah nasib menjadi pegawai negeri sipil.

Baca juga : 9 Bulan, Gaji Ribuan Aparat Desa di Aceh Utara Belum Dibayar

Untuk bisa bertahan menyiasati tuntutan kebutuhan hidup yang tak bisa ditunda, sebagian perawat yang sudah punya dua hingga tiga anak itu mengaku terpaksa bekerja sambilan sebagai petani penggarap kebun, berjualan atau bekerja apa saja yang bisa menghasilkan.

Upah tak manusiawi

Adam, salah satu perawat puskesmas yang sudah belasan tahun bekerja ini mengaku upah kerja yang tidak manusiawi yang diterima setiap bulan mebuat mereka kelimpungan dan morat-marit.

Menurut Adam, selama ini mereka hanya mendapat belas kasihan dari petugas atau perawat PNS yang dipotong gajinya sebesar 10 persen untuk membayar honor para perawat.

Perawat lainnya mengaku upah mereka bahkan kerap hanya Rp 50.000 saja per bulan. Untuk memenuhi kebutuhan mendesak, mereka mengutang ke orang lain.

"Perawat ini setiap bulan hanya hidupnya tak menentu. Bayangkan kalau upahnya hanya Rp 100.000 bahkan biasa malah kurang,” jelas Adam.

Sayangnya, kehadian ratusan perawat dari berbagai puskesmas dan rumah sakit tersebut kecewa lantaran ketua DPRD dan Komis IV DPRD Polewali Mandar yang menjadi mitra dinas kesehatan sedang keluar kota.

Aksi unjuk rasa perawat menuntut perbaikan nasib tersebut bukan kali pertama dilakukan. Sebelumnya, mereka telah empat kali melakukan aksi serupa, bahkan tuntutan mereka sudah pernah dibahas di DPRD Polman, namun hingga hari ini tuntutan mereka tak kunjung dipenuhi.

Tak bisa menyampaikan aspirasi di DPRD, para perawat ini melanjutkan aksi mereka ke kantor bupati Polewali Mandar. Ketegangan sempat terjadi lantaran pengunjuk rasa hendak memasukkan mobil pikap yang membawa sound system, namun dihadang petugas Satpol PP.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com