ACEH TIMUR, KOMPAS.com – Jamaluddin masih mengingat jelas ledakan sumur minyak ilegal di Desa Pasir Putih, Kecamatan Rantau Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, 11 hari lalu.
Sesekali rasa khawatir muncul tiba-tiba. Apalagi, jika ada kabar beredar bau gas menyebar di kawasan desa itu.
“Iya, masih trauma. Misalnya ada kabar bau gas. Saya telepon istri, misalnya ndak diangkat, pasti saya akan lari ke rumah, melihat mereka, bagaimana kondisinya, begitu seterusnya. Ini masih trauma bagi kami semua,” ujar Jamal kepada Kompas.com belum lama ini.
Jamaluddin yang juga Sekretaris Desa Pasir Putih ini mengatakan, khawatir dan kecemasan menjadi pemandangan umum warga saat ini.
Baca juga : Korban Ledakan Sumur Minyak di Aceh Timur Jadi 23 Orang
Itulah mengapa hingga kini warga masih mengungsi ke rumah sanak saudaranya di desa lain.
“Jumlah pengungsi saya belum tahu pasti. Mayoritas masih mengungsi ke rumah keluarganya yang jauh dari lokasi. Ini kami masih mendatanya,” sebutnya.
Biasanya, sambung Jamaluddin, warga mengungsi pada malam hari untuk beristirahat. Sedangkan siang hari mereka kembali ke rumahnya.
“Memastikan diri agar aman (mengungsi), sebegitu traumanya,” tutur Jamal.
Meski trauma, warga berharap sumur minyak tersebut jangan ditutup.
"Mungkin bisa ditata dalam formulasi Kube (Kelompok Usaha Bersama). Ini sumber pendapatan warga sini, tentu warga membutuhkannya untuk menjalankan hidup,” katanya.
(Baca juga : Ledakan Sumur Minyak, Polisi Periksa 5 Tersangka dan 35 Saksi
Dia menyebutkan, mayoritas warga tak memahami regulasi penambangan minyak. Untuk itu ia berharap, pemerintah membantu agar penambangan tersebut sesuai dengan regulasi hukum di tanah air.
“Dari pada kami mengemis, baiknya kami bisa menghidupi keluarga dari hasil minyak ini. Mohon menjadi perhatian dan bantuan pemerintah,” ucapnya.
Permohonan tersebut sudah disampaikan ke Pemerintah Kabupaten Aceh Timur dan Pemerintah Provinsi Aceh.
Di sisi lain, Jamal mengaku beberapa keluarganya masih di rumah sakit. Dia berharap, bantuan yang diberikan untuk korban, tidak sebatas masa panik.
Namun bisa berkelanjutan semisal bantuan rumah, penguatan ekonomi, dan lain sebagainya.
“Semoga ada solusi terbaik untuk masyarakat dari pemerintah,” katanya.
Jurubicara Pemerintah Aceh, Wiramatdinata menyatakan, Gubernur Aceh Irwandi Yusuf meminta Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) menangani sumur minyak itu.
“Soal tambang minyak Aceh Timur, Pak Gubernur mengarahkan penanganan ke BPMA. Mungkin bisa komunikasi ke BPMA,” pungkasnya.