Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiap Hari 100 Truk Tambang Lintasi Desa Ini, Jalan Rusak hingga 5 KM

Kompas.com - 03/05/2018, 20:17 WIB
Dani Julius Zebua,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com - Warga di Desa Sidomulyo, Kecamatan Pengasih, Kulon Progo mengeluhkan kerusakan sangat parah pada jalan utama yang membelah desa mereka. Dusun di mana jalan mengalami kerusakan berat itu, diantaranya di dusun Pendem, Dukuh, Karangasem, Tanggulangin, dan Watu Belah

Selain itu, satu dusun lagi di desa tetangga, yakni Dusun Gegunung di Desa Sendangsari, juga mengalami hal serupa.

Kerusakan yang terjadi hampir di seluruh jalan utama di dusun-dusun itu, baik berupa lubang yang dalam, aspal yang sudah tidak berbentuk, tambalan seadanya, drainase jebol, penuh pasir, dan berdebu.

"Sudah beberapa tahun, tetapi yang paling parah adalah sejak satu tahun belakangan ini," kata Zurban, warga Dukuh Pendem yang tepat berada di pinggir jalan rusak, Kamis (3/5/2018).

Baca juga : Kesal karena Jalan Rusak Tak Diperbaiki, Warga Hadang Truk di Jalan Lingkar Prabumulih

"Mobil saya sering rusak karena kena lubang. Sekarang, lebih memilih naik motor. Itu belum lagi sering melihat orang jatuh dan celaka akibat jalan seperti ini," kata Zurban.

Warga meyakini kerusakan akibat lalu lalang truk dump memuat batu andesit. Batu itu diambil dari sebuah penambangan batu yang tidak jauh dari dusun mereka.

Kepala Dusun Pendem Arif Mutaqin mengatakan, dalam satu hari setidaknya 80-100 truk dump melewati jalan raya di dusun mereka.

Dari penampilan bak dump, tiap truk bisa saja memuat antara 12-15 ton batu. Arif meyakini, batu-batu itu dikirim untuk keperluan apappun di luar desa bahkan hingga ke luar Kulon Progo.

Dukuh Pendem, kata Arif, sudah 4 tahun merasakan kerusakan ini. Kerusakan terjadi bisa sampai sepanjang 5 kilometer jalan.

Baca juga : Tiga Orang Tewas akibat Jalan Rusak, Seorang Warga Protes di Media Sosial

Arif mengatakan, semua aktivitas warga terganggu. Termasuk Pendem yang mayoritas petani. Warga terpapar debu, jalan jadi licin karena pasir, anak sekolah menghadapi resiko besar di jalan karena berhadapan ramai truk, belum lagi pekerja yang ke luar Sidomulyo.

"Setiap hari warga menyiram jalan untuk mengurangi debu masuk rumah. Rumah makan di pinggir jalan terganggu," kata Arif.

Tanam Pohon Pisang

Warga yang gerah beberapa kali menekan perusahaan tambang batu itu untuk memperbaiki jalan raya yang dilintasi para operator mereka. Sebanyak 12 kali pertemuan mediasi nyaris belum memuaskan warga. Termasuk tekanan lewat demonstrasi pada 17 Januari 2018 lalu.

"Kemarin (2/5/2018) warga sampai kembali menanam pohon pisang di jalan (sebagai bentuk protes)," kata Arif.

Kepala Dusun Dukuh, Subagyo menceritakan, sebenarnya penambang pernah memperbaiki jalan dulu. Tapi, perbaikan itu terkesan serampangan dan asal-asalan. Ia mencontohkan, ada jalan beton yang cepat sekali terkikis dan meninggalkan besi beton. Belum lagi ada jalan yang dibangun tidak rata. Semua itu malah semakin meningkatkan resiko kecelakaan bagi warga.

"Warga banyak mengalami kecelakaan, yang jatuh lecet, banyak. Ada warga kita juga sampai patah-patah," kata Subagyo.

Kepala Dusun Pendem, Arif mengungkapkan, mediasi langsung digelar tak lama setelah warga menanam pohon pisang di jalanan rusak. Beberapa perusahaan tambang mengungkap niat baiknya untuk memperbaiki jalanan yang dilintasi para operator truk dump mereka.

"Tapi semalam sudah rembugan, 2 dari 4 perusahaan tambang akhirnya bersedia memperbaiki jalan. Nanti saya bujuk warga (mencabut pohon pisang di jalanan). Mungkin malam ini (dicabut)," kata Arif.

Kompas TV Selain itu, mereka melakukan aksi rebutan ikan di kubangan jalan yang rusak.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com