Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peringati Hardiknas, 1.000 Siswa SD di Semarang Tampilkan Tari Keprajuritan

Kompas.com - 02/05/2018, 19:03 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

UNGARAN, KOMPAS.com - Sebuah tarian kolosal yang menceritakan tentang kesiapsiagaan prajurit pengawal Pangeran Sambernyawa, saat terjadinya perjanjian Salatiga 1757 dipentaskan secara apik oleh sekitar 1.000 siswa Sekolah Dasar (SD) di Stadion Wujil, Bergas, Kabupaten Semarang, Rabu (2/5/2018).

Tarian yang bernama "Tari Keprajuritan" ini menjadi rangkaian dari peringaran Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang diawali dengan upacara bendera.

Kepala Seksi Kesenian dan Nilai-nilai Budaya, Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disdikbudpora) Slamet Widada mengatakan, pementasan tari keprajuritan ini bagian dari upaya untuk melestarikan kebudayaan.

"Para penari ini berasal dari perwakilan siswa SD se Kabupaten Semarang," kata Slamet Widada.

Baca juga : Suasana Haru Saat Ratusan Siswa Mencuci Kaki Ibu Mereka di Hardiknas

Ribuan siswa dengan mengenakan kostum prajurit Mangkunegaran ini juga melengkapi dirinya dengan pedang dan tameng. Gerakan dinamis anak-anak ini semakin gagah dengan iringan musik bende, saron dan drum yang ditabuh berirama.

Menurut Slamet, Tari keprajuritan ini menceritakan tentang prajurit RM Said atau Pangeran Sambernyawa saat berlangsungnya perjanjian Salatiga. Perjanjian ini mengakhiri perlawanan RM Said yang telah berjuang melawan Belanda dan intrik keraton.

Saat mengawal RM Said tersebut, para prajurit pengawalnya melakukan gladi atau latihan di daerah Getasan, salah satu kecamatan yang saat ini masuk dalam wilayah Kabupaten Semarang.

"Secara langsung memang tidak ada kaitanya dengan sejarah keberadaan Kabupaten Semarang. Tapi ini semangatnya untuk melestarikan budaya, karena tarian ini sudah menjadi ciri khas Kabupaten Semarang," ujarnya.

Baca juga : Kisah Sedih Murid SDN 11 Parepare Saat Hardiknas, Kelas Disegel dan Belajar di Lantai

Tak hanya dipentaskan, upaya untuk nguri-uri (melestarikan) tari keprajurtan ini juga dilakukan dari sisi akademiknya. Dinas Pendidikan baru-baru ini juga telah melakukan workshop tari keprajuritan.

Kedepannya, tarian ini akan menjadi salah satu kegiatan ektrakurikuler di semua sekolah di Kabupaten Semarang.

"Harapanya bisa menjadi materi muatan lokal di sekolah dasar," imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Semarang, Sarwoto Ndower mengapresisi kegiatan Hardiknas yang diisi dengan pentas tari keprajuritan yang ditampilkan di hadapan tamu undangan dan pejabat dari Forlompimda Kabupaten Semarang.

Baca juga : Demo Hardiknas, Seorang Polwan Pingsan Terinjak-injak Mahasiswa

Ia berharap para pengambil kebijakan akan mendukung upaya memasukkan tari keprajuritan ke dalam materi pelajaran sekolah.

"Kalau ditampilkan seperti ini, para pengambil kebijakan bisa mengetahui keberadaan tarian khas Kabupaten Semarang ini dan mendukung materi ini menjadi matero muatan lokal di sekolah," kata Sarwoto.

Kompas TV Di Hari Pendidikan Nasional, Presiden Joko Widodo, mengundang para pegiat gerakan membaca atau tokoh literasi ke Istana Negara, Jakarta.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com