Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peringati Hari Buku Sedunia, Kopral Bagyo Bagi-bagi Buku Gratis untuk Warga

Kompas.com - 23/04/2018, 14:14 WIB
Labib Zamani,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi

SOLO, KOMPAS.com - Aksi unik dilakukan pensiunan anggota Detasemen Polisi Militer (Denpom) IV/Surakarta, Kopral Kepala Cpm (Purn) Partika Subagyo Lelono.

Dalam memperingati Hari Buku Sedunia yang jatuh pada Senin (23/4/2018), Kopral Bagyo bersama pegiatan buku membagikan buku bacaan dan nasi bungkus kepada warga dan para pengayuh becak.

Aksi nyeleneh Kopral Bagyo ini diawali dari depan Museum Radya Pustaka Jalan Slamet Riyadi, Kelurahan Sriwedari, Kecamatan Laweyan, Solo, Jawa Tengah.

Kopral Bagyo memakai kostum tokoh pewayangan Hanoman. Dia berjalan menuju Bundaran Gladak sejauh 1 kilometer.

Dalam perjalanan itu, Kopral Bagyo sambil memikul keranjang bambu berisi ratusan buku bacaan dan nasi bungkus.

Poster bertulisan "Masih Banyak Saudara Kita yang Buta Huruf Amalkan Kepandaian untuk Mereka dan Dari Pelosok Desa untuk Negeri Seumbangkan Buku2 Anda ke Rumah Baca Sang Petualang Giriwoyo Wonogiri" turut mengiringi perjalanan Kopral Bagyo.

Baca juga: Daripada Bengong dan Main HP di KRL, Lebih Enak Baca Buku...

Buku bacaan dan nasi bungkus tersebut dia bagikan secara cuma-cuma alias gratis kepada setiap warga yang dia temui di perjalanan.

Ada sekitar 200 buku bacaan dan nasi bungkus yang dibagikan kepada warga.

Kopral Bagyo mengungkapkan, alasan dirinya memakai kostum Hanoman karena merupakan tokoh pewayangan yang cerdas dan pintar.

Adapun tujuan membagikan buku bacaan tersebut agar meningkatkan minat baca bagi warga.

"Buku bacaan dan nasi bungkus kami bagikan untuk warga dan abang becak," kata Kopral Bagyo di Solo, Jawa Tengah, Senin (23/4/2018).

Sementara itu, pendiri rumah baca Sang Petualang Wonogiri, Wahyudi, datang jauh-jauh dari Kabupaten Wonogiri ke Solo dengan misi mengajak warga Solo agar gemar membaca buku.

"Ada 200 buku bacaan yang kami bagikan. Tidak hanya di Solo, tapi juga di Wonogiri," ucap Wahyudi.

Dia mengatakan, alasan aksi itu dimulai dari depan Museum Radya Pustaka karena menyimpan banyak sejarah.

Museum Radya Pustaka didirikan pada masa pemerintahan Pakubuwono (PB) IX dan merupakan museum tertua di Indonesia.

"Itu alasan kami memilih aksi dimulai dari Museum Radya Pustaka Solo. Banyak peninggalan bersejarah, seperti buku-buku kuno yang tersimpan di museum," jelas Wahyudi.

Baca juga: Kisah Sigit Bangun Kafe Baca Unik, Sediakan Ribuan Buku Biasa hingga Buku Kuno Gratis

Kompas TV Simak dalam Sapa Indonesia Akhir Pekan berikut ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com