Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sentra Kerupuk di Kendal yang Dikunjungi SBY, Dulunya Dikenal Kampung Jagal

Kompas.com - 14/04/2018, 22:16 WIB
Slamet Priyatin,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

Kompas TV Kaleng Kerupuk Jadi Karya Seni

KENDAL, KOMPAS.com - Sentra krupuk rambak di kampung Jagalan desa Penanggulan, Kecamatan Pegandon, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, yang Kamis (12/04) kemarin dikunjungi Presiden RI ke-4, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bersama ibu Ani Yudhoyono, dulunya dikenal sebagai "kampung jagal".

Nama itu melekat lantaran hampir semua penduduknya berprofesi sebagai tukang jagal hewan. 

Salah satu sesepuh kampung Jagalan, Moch. Munir (64) mengungkapkan sebelum tahun 1990, kampung Jagalan banyak dikunjungi orang yang mau membeli daging sapi, kerbau atau kambing. Mereka juga membeli kulit-kulit hewan yang dipotong tersebut.

“Setelah tahun 1990, para penjagal itu sudah mulai banyak yang meninggal. Kalaupun tersisa, usianya sudah tua dan tidak kuat menyembelih hewan. Sedang anak-anaknya tidak ada yang menuruni keahlian itu,” kata Munir, Sabtu (14/04).

Baca juga : Mampir di Kendal, SBY Cicipi Kerupuk Rambak

Senada dengan Munir, 2arga Jagalan yang lain, Choirun (60), mengaku kalau dulu kakeknya , Asnawi, tukang jagal hewan. Pada sekitar tahun 1985, kakeknya itu membawa pulang kulit kerbau.

“Kakek saya waktu itu, mengatakan kalau kulit kerbau bisa dimakan dan rasanya enak,” ujarnya.

Lalu, tambah Choirun, neneknya mulai memasak kulit kerbau tersebut. Kulit kerbau bisa dijadikan rambak dicampur dengan sayuran hingga kemudian diolah menjadi kerupuk rambak. Kerupuk rambak inilah yang kemudian dijadikan usahanya.

“Selain saya, ada 2 saudara lagi keturunan Mbah Asnawi yang mempunyai usaha rumahan kerupuk rambak,” kata Choirun.

Baca juga : Ketika Pengrajin Kerupuk Merindukan Sinar Matahari...

Menurut Choirun, karena banyak orang yang suka dan mempunyai prospek yang baik, kemudian banyak tetanggannya yang juga membuka usaha rumahan kerupuk rambak.

“Alhamdulillah, semuanya bisa berjalan dengan baik,” akunya.

Sementara itu, Kepala Desa Penanggulan, Ria Setyaningsih, mengatakan di daerahnya ada 15 pengrajin kerupuk rambak. Semuanya bisa berkembang dengan baik. Ria mengaku saat ini salah satu kendala yang dihadapi oleh pengrajin kerupuk rambak adalah bahan bakunya. Para pengrajin itu kadang harus mencarinya hingga ke Kalimantan.

“Biasanya mereka membelinya di Semarang atau Ambarawa, dan tempat-tempat jagal hewan. Namun kalau pas sepi, mereka sampai ke Kalimantan,” ujarnya.

Ria menambahkan kerupuk rambak asal kampung Jagalan Desa Penanggulan Pegandon Kendal, sudah terkenal sampai ke luar negeri.

“Yang membawa para buruh migran Indonesia asal desa kami. Warga kami banyak yang bekerja ke luar negri,” kara Ria.

Ria, menjelaskan setiap pulang buruh migran itu, membawa kerupuk rambak saat kembali ke tempat kerjanya. Bahkan, ada di antara mereka yang minta dipaketkan.

“Kerupuk rambak buatan masyarakat sini, memang banyak yang suka karena rasanya gurih. Hal itu, juga diakui oleh pak SBY dan ibu Any, saat berkunjung ke sini dan mencicipi kerupuk rambak buatan warga saya,” jelasnya. (K9-11)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com