Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelajar Bertaruh Nyawa di Maros Bentuk Tidak Meratanya Pembangunan

Kompas.com - 09/04/2018, 06:48 WIB
Hendra Cipto,
Reni Susanti

Tim Redaksi

MAROS, KOMPAS.com - Bertahun-tahun, pelajar di dua desa di Kabupaten Maros bertaruh nyawa menyeberangi sungai besar untuk menuntut ilmu di sekolahnya. Hal tersebut dikarenakan pemerataan pembangunan di Sulawesi Selatan (Sulsel) tidak merata.

Direktur Komite Pemantau Legislatif (Kopel) Sulsel, Musaddaq mengatakan, prinsip keadilan dan pemerataan pembangunan tidak terjadi di 24 kabupaten/kota di Sulsel. Padahal pada 2012, Pemprov Sulsel meminjam Rp 500 miliar untuk pembangunan infrastruktur di Sulsel.

"Jika pembangunan merata, tidak ada lagi kejadian seperti di Kabupaten Maros. Pelajar di dua desa di Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros tidak lagi menyeberangi sungai besar yang dalam menggunakan ban mobil dan berenang untuk ke sekolahnya," katanya.

Musaddaq menjelaskan, dana pinjaman ratusan miliar dari Pusat Investasi Pemerintah (PIP) banyak digelontorkan ke proyek reklamasi Pantai Losari yang dikenal denggan Center Point of Indonesia (CPI).

(Baca juga : Pelajar di Maros Bertaruh Nyawa Menyeberang Sungai Demi Menuntut Ilmu )

Padahal setelah dana digelontorkan, Pemprov Sulsel mengalihkan proyek tersebut ke investor.

"Pembangunan CPI saya kira tidak mencerminkan pemerataan, karena hanya bertumpu di Kota Makassar saja. Sementara masih banyak daerah lain yang infrastrukturnya memprihatinkan. Sedangkan skema pinjaman ratusan miliar ke PIP mas, tidak termasuk pembangunan jembatan di CPI," bebernya.

Sebelumnya diberitakan, bertahun-tahun pelajar di dua desa di Kabupaten Maros bertaruh nyawa menyeberangi sungai besar untuk menuntut ilmu di sekolahnya. Tak tanggung-tanggung, sungai yang diseberanginya berarus sangat deras dan dalam.

Meski nyawa menjadi taruhan, pelajar di dua desa di Kecamatan Tompobulu tetap semangat menuntut ilmu untuk menggapai cita-citanya. Mulai pelajar SD, SMP, dan SMA setiap harinya menyeberangi sungai yang sangat dalam.

(Baca juga : Siswa SD Ini Bertaruh Nyawa Seberangi Sungai dengan Ban demi Sekolah )

Mereka tidak punya pilihan lain, lantaran sungai ini yang menjadi satu-satunya akses yang bisa mereka lalui.

Sementara itu, jembatan yang telah lama direncanakan dibangun tak kunjung selesai. Jika musim penghujan datang, para pelajar ini terpaksa tidak bisa ke sekolah. Lantaran air sungai meluap dan sangat deras. 

Kompas TV Di balik penanganan banjir, sejumlah petugas di lapangan rela bertaruh nyawa membersihkan sampah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com