Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angkringan Membawa Berjuta Kenangan SBY di Yogyakarta

Kompas.com - 09/04/2018, 06:38 WIB
Wijaya Kusuma,
Reni Susanti

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Republik Indonesia keenam, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bersama Ani Yudhoyono, Minggu (08/04/2018) malam menikmati suasana malam di angkringan Pendopo Lawas, Alun-alun Utara Yogyakarta.

Usai menikmati menu angkringan, SBY bernostalgia menceritakan kenangan saat bertugas di Yogyakarta sebagai Komandan Korem (Danrem) 072/Pamungkas.

SBY mengatakan, Yogyakarta merupakan daerah yang unik dan khas, baik dalam segi politik, sosial, maupun budaya.

"Saya menjadi Komandan Korem (Korem 072/Pamungkas) dulu dengan pangkat kolonel bertugas di Yogyakarta pada tahun 1995," ujar SBY di Angkringan Pendopo Lawas, Alun-alun Utara Yogyakarta, Minggu (8/4/2018).

(Baca juga : SBY dan Istrinya Makan di Angkringan Sambil Menikmati Musik Angklung)

SBY menceritakan saat dirinya menjabat sebagai Komandan Korem (Danrem) 072/Pamungkas, situasi sosial dan politik saat itu sedang hangat. Di tahun-tahun tersebut merupakan awal dari transisi pemerintahan Orde Baru ke reformasi.

"Kalau diingat, situasi sosial dan politik waktu itu boleh dikatakan hangat. Hingga tahun 1998 terjadi perubahan besar di negeri ini. Waktu itu, tugas saya sebagai komandan Korem berkomunikasi dengan publik seraya menjaga stabilitas sosial, politik, dan keamanan," ungkapnya.

Diungkapkanya, mahasiswa di Yogyakarta sangat kritis dan dinamis. Para mahasiswa kerap melontarkan kritik-kritik kepada pemerintah Presiden Soeharto saat itu.

"Saya mengambil jalan yang berbeda, menjalin komunikasi dengan para mahasiswa. Mereka siang hari melakukan unjuk rasa mengkritisi pemerintah, tetapi malam hari saya ajak dialog," urainya.

Dalam dialog tersebut, SBY menyampaikan tidak mengekang para mahasiswa untuk berunjuk rasa, menyampaikan pandangan, atau mengkritisi pemerintah. Mereka pun sepakat agar pendapat disampaikan dengan santun, tidak melanggar hukum, serta tidak menyebabkan gangguan keamanan.

"Alhasil Yogyakarta pada waktu itu boleh dikatakan tetap dinamis. Tidak ada kekerasan apapun di kota ini," tegasnya.

(Baca juga : SBY: Petani adalah Pahlawan )

SBY menuturkan, langkah berbeda yang diambilnya dengan berdialog dengan mahasiswa waktu itu dianggap keliru. Dirinya juga dipandang terlalu lunak dengan para mahasiswa.

Langkah berbeda yang diambilnya itu bahkan hampir membawanya dicopot sebagai Komandan Korem (Danrem) 072/Pamungkas.

"Saya masih ingat pendekatan seperti itu dianggap keliru, dianggap terlalu lunak dengan para mahasiswa. Hampir dicopot dari jabatan, tetapi Pangdam membela saya," ungkapnya.

Ia pun bersyukur bisa selamat dari terpaan politik saat itu. Meskipun dirinya tidak sampai satu tahun bertugas di Yogyakarta.

"Saya bersyukur akhirnya bisa selamat dari terpaan politik waktu itu, meskipun tidak sampai satu tahun bertugas di sini (Yogyakarta)," pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, SBY beserta Ani Yudhoyono menikmati menu angkringan di Pendopo Lawas, Alun-alun Utara Yogyakarta. Kehadiran mereka disambut iringan musik angklung yang membawakan lagu "Caping Gunung". 

Kompas TV Beberapa petani merasa malu, karena sebagai penyangga beras nasional, raskin yang dinikmati warga miskin justru kualitasnya buruk.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com