Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Politisasi Puisi, Ganjar Ajak Warga Jateng "Tabayyun"

Kompas.com - 08/04/2018, 19:22 WIB
Ari Widodo,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

DEMAK, KOMPAS.com - “…Kau ini bagaimana. Kau bilang Tuhan sangat dekat. Kau sendiri memanggil-manggilnya dengan pengeras suara setiap saat…

Itulah salah satu penggalan puisi karya Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus yang dibacakan calon Gubernur Jawa Tengah Ganjar Prabowo, dalam sebuah acara talk show di salah satu televisi swasta.

Pembacaan puisi tersebut menuai kontroversi. Beberapa kalangan menganggap Ganjar melecehkan agama. Bahkan ada netizen yang menganggap Ganjar adalah orang dungu.

Menanggapi hal itu, Ganjar hanya mesam mesem saja.

Menurutnya, tidak ada yang salah dalam bait-bait puisi karya Gus Mus yang ditulis pada tahun 1987 lalu.

" Menariknya, ketika saya membawakan puisi tersebut, yaa aman aman saja, tak ada yang protes. Lha wong yang baca puisi ini sudah puluhan orang kok, mulai dari santri sampai menteri," kata Ganjar, seusai menghadiri Rapat Kerja Cabang Khusus (Rakercabsus), di Kantor DPC PDIP Kabupaten Demak, Minggu (8/4/2018).

Baca juga : Bertemu Presiden, Penyair Aceh Baca Puisi Bandara Rembele untuk Jokowi

Ganjar datang bersama pasangannya, Taj Yasin Maemoen.

Acara dalam rangka pemantapan pemenangan Pilkada Jateng 2018 itu, juga dihadiri perwakilan partai pengusung, pimpinan DPD PDIP Jateng serta ratusan kader DPC PDIP Demak.

Menurut Ganjar, sudah banyak para pembawa karya Gus Mus yang berjudul “Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana” sejak puluhan tahun penciptaannya. Ketika dibacakan oleh Cagub berambut putih itu, menjadi berbeda lantaran ada pihak yang mencetuskan isu SARA.

"Puisi bagus gitu lho. Mosok kemudian saya melecehkan. Edan po, lha wong pasangan Saya aja Gus, putra Kiai kok. Itu orang yang bilang saya dungu sudah minta maaf," ucap Ganjar.

Bahkan Ganjar menambahkan orang yang sudah memberinya label dungu gara - gara membacakan puisi tersebut berbalik pikiran setelah ada klarifikasi.

Baca juga : Antara Ganjar, Sudirman, dan KPK di Pilkada Jateng

"Dalam permintaan maafnya, dia malah balik 'mendungukan' dirinya sendiri, setelah ada nasihat tentang pendalaman mengajinya," terang Ganjar.

Terkait visi misi membangun Jateng ke depan, Ganjar menyatakan bahwa pembangunan material dan spiritual akan menjadi satu paket.

"Cara berpikirnya jangan sampai digeser geser pada kepentingan kelompok kemudian di kapitalisasi dan diprovokasi," ucap Ganjar.

Ganjar menilai bahwa untuk memecah belah rakyat, dibuatlah sebuah opini yang menggiring seolah olah para negarawan dan para pemimpin negara melakukan penistaan agama.

"Nggak ada, nggak ada. Nggak ada gaya penistaan agama. Masyarakat Jateng jangan mudah percaya isu SARA. Sebaiknya tabayyun (klarifikasi) ," pesan Cagub nomor satu ini.

Baca juga : Awal April, SBY-AHY Keliling Jateng untuk Menangkan Ganjar-Yasin

Menanggapi kontroversi puisi yang dibawakan oleh Ganjar Pranowo, Taj Yasin Maemoen, Calon Wagub Jateng mengajak kepada seluruh pendukungnya agar menepis semua berita hoax  yang ditujukan kepada pasangan Ganjar - Yasin.

"Kami tidak suka memfitnah orang, dan akan kami tunjukan bahwa Ganjar - Yasin, pasangan calon yang santun dan akan bergotong royong membangun Jateng," tekad putra Kiai Maimun Zubaer ini dengan suara tegas. 

Kompas TV Din Syamsuddin meminta umat Islam memaafkan Sukmawati Soekarnoputri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com