Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seorang Kakek di Banyuwangi Ikut Lomba Lari dengan Alat Kontrol Jantung di Dada

Kompas.com - 08/04/2018, 15:52 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Suara sorak sorai penonton sangat keras ketika Bambang Sutrisno (68) masuk garis finish di Banyuwangi Ijen Green Run 2018 Minggu (8/4/2018).

Lelaki yang akrab dipanggil Mbah Mbang itu juga terlihat sumringah saat menerima ucapan selamat dari rekan-rekannya sesama pelari.

"Akhirnya bisa sampai finish. Buat saya nggak harus jadi juara, yang penting olahraga," kata Bambang kepada Kompas.com sambil tersenyum.

Bambang adalah salah satu peserta tertua Banyuwangi Ijen Green Run 2018 untuk kategori 18 kilometer master. Total ada 732 pelari meramaikan trail run Banyuwangi Ijen Green Run. Mereka melintasi lereng Gunung Ijen wilayah Kabupaten Banyuwangi dan menyusuri jalur yang cukup menantang, mulai dari tanjakan, turunan yang curam sampai menyeberangi sungai serta melewati hutan cengkeh dengan lintasan berbatu dan perkebunan kopi dan hutan pinus. Banyuwangi Ijen Green Run terdiri atas tiga kategori, yaitu kelas 6 KM, 18 KM, hingga 33 KM.

Kepada Kompas.com, Bambang menceritakan, baru 2 tahun ini menekuni olahraga lari. Sebelumnya, dia aktif bersepeda sejak tahun 1980-an. Bahkan, pria pensiunan salah satu BUMN tersebut mengaku pernah bersepeda menempuh jarak 300 kilometer dalam satu hari.

"Kalau sekarang rutin lari minimal 5 kilometer per hari. Kalau larinya pagi berarti sore sepedaan atau sebaliknya," jelasnya.

Baca juga : Diduga Kelelahan, Pelajar SMP Meninggal Saat Ikut Lomba Lari 10 Km

Walaupun sudah lanjut usia, Bambang memilih untuk tetap rutin berolahraga. Namun untuk mengkontrol kondisi tubuhnya saat berlari, dia memilih menggunakan alat untuk mengukur detak jantung. Ia kemudian menunjukkan alat yang dipasang bagian dadanya.

"Ini alatnya di dada dan untuk memantau detak jantungnya, saya bisa lihat di jam tangan ini. Kalau sudah 90 persen saya tidak akan memaksa," katanya.

Saat sampai finish pun dia memilih tidak langsung berhenti dan beristirahat, namun bergerak pelan hingga detak jantungnya kembali normal.

"Kata dokter memang di usia saya ini agak riskan untuk olahraga berat tapi yang terpenting adalah rutin dan terukur. Bukan langsung digenjot tanpa latihan," jelasnya.

Baca juga : Darmiyanto, Tukang Becak Berusia 82 Tahun Ikut Lomba Lari di Cile

Kakek kelahiran 16 Agustus 1950 tersebut menyelesaikan rute 18 kilometer dalam waktu 2 jam 35 menit 34 detik. Dia mengakui agak kesulitan di jalur turun, namun tidak masalah saat tanjakan.

"Saat turun beban berat di kaki. Jadi saya harus hati-hati biar nggak cidera. Dan, olahraga ini hobi dan kebutuhan, jadi harus dilakukan dengan senang," pungkasnya.

Kompas TV Jurnalis KompasTV Andre Sinaga menghabiskan akhir pekan dengan berbeda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com