KARAWANG, KOMPAS.com - Harga garam Karawang semakin manis. Bahkan lonjakan harganya mencapai 1.000 persen.
Sekretaris Dinas Perikanan Kabupaten Karawang Sari Nurmiasih mengatakan, harga garam Karawang mencapai Rp 3.000 per kilogram dari harga sebelumnya Rp 300 per kilogram.
"Harga garam tidak lagi asin, namun petani sudah merasakan manisnya harga garam," kata Sari dihubungi melalui telepon, Jumat (6/4/2018).
Kenaikan harga tersebut, sambung Sari, disebabkan perbaikan kualitas dan kuantitas produksi garam di Karawang. Jika dulu warna garam sedikit kusam, kini lebih bersih.
"Kualitasnya pun terus diperbaiki untuk mencapai kandungan NaCI di atas 97 persen. Sebab, sejauh ini garam Karawang hanya untuk kebutuhan lokal seperti pembuatan pindang di Desa Cicinde Utara. Sementara untuk masuk ke pabrik olahan bahan makanan, kadar kandungan NaCl harus di atas 97 persen," jelasnya.
(Baca juga : Jokowi: Kalau Tidak Impor Garam, Industri Bisa Berhenti)
Ia mengatakan, peningkatan teknologi garam juga mendukung kuantitas produksi garam. Sekitar 200 petani garam sudah menggunakan sistem teknologi ulir filter (TUF) Geomembran.
"Petani tidak lagi mengandalkan panas matahari," tandasnya.
TUF Geomembran merupakan sistem produksi garam dengan cara air laut dialirkan ke dalam kolam yang sebelumnya dilakukan filterisasi ijuk sapu, batok kelapa, dan batu zeolit. Kemudian penampungan dilapisi plastik hitam.
"Penguapan lebih sempurna dan warna garam putih alami akan keluar. Untuk biaya produksi saat ini sudah sekitar Rp15 juta per hektar," tandasnya.
(Baca juga : Panggil Dua Menteri ke Istana, Jokowi Tanya soal Impor Garam)
Sari menilai, jangka waktu panen lebih cepat. Jika cara tradisional membutuhkan waktu 30 hari, dengan cara baru ini hanya membutuhkan 14 hari.
"Tahun 2017 sekitar 1.000 hektar, bisa menghasilkan 2.000 ton garam dalam setahun," tutupnya.
Saat ini pihaknya tengah mengembangkan tambak garam seluas 2.000 hektar dari sebelumnya 1.000 hektar.