Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Muslahuddin, 13 Tahun di Bank Dunia Pilih Jadi Petani Palawija dan Ubah Hidup Penanam Ganja

Kompas.com - 03/04/2018, 14:53 WIB
Raja Umar,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi

ACEH BESAR, KOMPAS.com — Berbekal dari pengalaman selama 13 tahun berkarier di World Bank (Bank Dunia), Muslahuddin Daud kini mampu meyakinkan sejumlah petani ganja di Desa Lamteuba, Kecamatan Seulimum, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, untuk menanam palawija.

“Saya memilih menjadi petani karena ingin mengubah kelompok marjinal untuk dapat hidup yang lebih layak,” kata Muslahuddin Daud.

Dia juga merupakan mantan aktivis Forum LSM Aceh yang fokus pada program resolusi konflik sejak tahun 1999.

Selama berkarier di Bank Dunia, Muslahuddin mengaku banyak mendapatkan kesempatan untuk berkeliling ke seluruh pelosok Indonesia, bahkan ke sejumlah wilayah di dunia.

Hal itu membuat ia menemukan sejumlah indikasi yang menjadi faktor para petani di Tanah Air terus tertinggal dan termarjinalkan.

“Faktor yang membuat petani terus tertinggal di antaranya infrastruktur, pemasaran, akses keuangan, dan kelembagaan. Banyak sekali ruang yang belum terisi oleh pemerintah. Selama ini yang terjadi pembangunan berdasarkan ego sektoral sehingga aspek kegunaan terhadap petani tidak tepat,” ujarnya.

Baca juga: Cerita Kakek 75 Tahun Tanam Ratusan Tanaman Obat, Siapa Saja Boleh Ambil

Muslahuddin Daud, mantan karyawan Bank Dunia yang memilih menjadi petani palawija dan mengajak para petani ganja di Desa Lamteuba, Kecamatan Seulimum, Kabupaten Aceh Besar, untuk menanam palawija.KOMPAS.com/RAJA UMAR Muslahuddin Daud, mantan karyawan Bank Dunia yang memilih menjadi petani palawija dan mengajak para petani ganja di Desa Lamteuba, Kecamatan Seulimum, Kabupaten Aceh Besar, untuk menanam palawija.

Di Desa Lamteuba, setidaknya Muslahuddin telah memiliki lahan sekitar 20 hektar yang ditanami berbagai jenis tanaman palawija, seperti pepaya, jagung, cabai, dan bawang.

Sejak dua tahun lalu, lahannya itu dikelola oleh empat keluarga mantan petani ganja.

“Ada empat keluarga yang mengelola lahan saya. Mereka saya ajak untuk ikut saya menanam palawija, yang saya tawarkan ke mereka konsep petani cerdas. Artinya, semua petani memiliki potensi, tapi selama ini mereka tidak diberdayakan,” ucap Muslahuddin.

Salah satunya Jafaruddin (31). Warga Desa Lamteuba yang sebelumnya menanam ganja itu kini dipercaya Muslahuddin untuk mengelola kebun pepaya dan jagung miliknya sejak awal proses tanam dua tahun lalu.

Kini, setiap bulannya Jafaruddin berpenghasilan rata-rata Rp 3.500.000

“Alhamdulillah sekarang sudah enak bertani dengan Muslahuddin, setiap bulan rata-rata penghasilan sekitar Rp 3.500.000, tergantung dari hasil panen,” ujarnya.

Baca juga: Dukung Citarum Harum, Gabungan Komunitas di Karawang Tanam 1.000 Bambu dan Tebar Ikan

Muslahuddin Daud sedang menjelaskan teknik perawatan tanaman kepada mantan petani ganja yang bekerja di kebunnya, di Desa Lamteuba, Kecamatan Seulimum, Kabupaten Aceh Besar.KOMPAS.com/RAJA UMAR Muslahuddin Daud sedang menjelaskan teknik perawatan tanaman kepada mantan petani ganja yang bekerja di kebunnya, di Desa Lamteuba, Kecamatan Seulimum, Kabupaten Aceh Besar.

Sebelumnya, Jafaruddin mengaku sempat beberapa kali menanam ganja di kawasan pegunungan Seulawah, Aceh Besar, dengan alasan tak memiliki modal dan lahan untuk menanam palawija.

Meski sempat berhasil panen dan mendapat uang hingga puluhan juta dari tanaman ganja, Jafar mengaku selalu dalam kondisi tidak nyaman karena dihantui penangkapan oleh polisi.

“Sekarang sudah enak saya ikut Pak Mus. Selain sudah mendapat penghasilan dan banyak ilmu untuk bertani, kalaupun nanti saya tidak lagi bekerja dengan Pak Mus, insya Allah sudah mengerti untuk bertanam. Kalau dulu waktu menanam ganja punya uang banyak, tapi hidup tidak tenang, dan uang hasil ganja pun tidak berkah,” ujar Jafaruddin.

Kompas TV Sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil pertanian yang berlimpah, para petani di Ponorogo, Jawa Timur, melaksanakan tradisi petik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com