Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Paus Sperma Sepanjang 9 Meter Terdampar di Perairan Lombok Timur

Kompas.com - 28/03/2018, 22:31 WIB
Fitri Rachmawati,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi

LOMBOK TIMUR, KOMPAS.com - Seekor paus raksasa ditemukan terdampar di Pantai Tabuan, Batu Dagong, Desa Kuang Rundun, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur, Rabu (28/3/2018). Warga menemukan paus berukuran raksasa itu dalam keadaan mati.

Kemunculan paus raksasa itu membuat para warga berkumpul. Namun, mereka hanya bisa melihat dan tak bisa melakukan apa pun karena air laut sedang pasang.

Terdamparnya paus itu kemudian dilaporkan ke Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar-Wilayah Kerja NTB. Sejumlah petugas pun diturunkan ke lokasi tempat paus itu terdampar.

Lalu Adrajatun, staf BPSPL Denpasar, turut bersama tim mendatangi langsung ke lokasi tempat paus terdampar.

“Kalau kita lihat paus itu adalah jenis sperma dengan ukuran panjang 9 sampai 10 meter, dengan berat berkisar lebih dari 10 ton,” kata Adrajatun kepada Kompas.com.

Baca juga: Paus Sepanjang 12 Meter Mati Terdampar di Bengkulu

Dia mengatakan, saat Tim Respons Cepat tiba Pantai Tabuan, petugas menemui kondisi paus itu sudah tidak utuh, terutama pada bagian ekor dan giginya.

“Jika dilihat, paus itu telah tiga hari mati dan membangkai di laut. Ada banyak faktor atau penyebab matinya paus tersebut. Selain karena faktor cuaca, bisa jadi karena pencemaran di laut atau karena terpisah dari komunalnya. Paus ini belum tua, jika paus berusia lanjut, bisa sampai 20 meter panjangnya,” terang Adrajatun.

Hingga Rabu malam, petugas BPSPL Denpasar Wilayah Kerja NTB masih belum bisa menarik posisi paus itu dari pantai karena air laut pasang.

Petugas pun belum bisa memutuskan tindakan yang akan diambil terhadap bangkai paus itu.

Adrajatun mengatakan, penanganan segera dilakukan agar bangkai paus itu tidak menimbulkan masalah yang berbahaya bagi kesehatan warga.

Ada tiga perlakuan yang lazim diambil untuk menangani bangkai paus. Pertama, bangkai itu akan ditenggelamkan ke dasar laut.

Namun, langkah ini dinilai sangat mahal karena membutuhkan kapal untuk menarik dan pemberat yang minimal tiga kali bobot si paus. Jika beratnya 10 ton, berarti dibutuhkan 30 ton pemberat untuk menenggelamkannya.

Langkah lainnya yaitu dengan menanam di sekitar lokasi dan bisa saja langkah berikutnya adalah dengan membakarnya.

“Setiap langkah penanganan akan memakan biaya dan tenaga. Hanya saja, yang paling memungkinkan untuk saat ini adalah menanamnya,” ucap Ardajatun.

Baca juga: Bangkai Paus Sepanjang 15 Meter Ditemukan Terdampar di Bali

 

Kepastian langkah penanganan bangkai paus itu akan diputuskan pada Kamis (29/3/2018).

Untuk diketahui, paus sperma atau sperm whale (Physeter macrocephalus) tergolong jenis yang langka dan buas.

Berdasarkan catatan BPSPL Denpasar Wilker NTB, selama tahun 2017 terdata empat peristiwa terdamparnya paus yang bisa menyemburkan air dari punggungnya. Dari keempatnya itu, dua di antaranya jenis paus sperma, yang lainnya paus biru dan paus hiu.

Penanganan paus langka itu akan dilakukan pada Kamis besok oleh petugas BPSPL. Diharapkan warga membantu dan tidak melakukan tindakan yang merugikan.

Sebab, apa pun tindakan yang akan diambil petugas adalah terkait dengan kepentingan ilmu pengetahuan.

Kompas TV Menurut ilmuwan, paus tewas karena tidak dapat cukup makanan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com